Pakde Karwo : Mental Spiritual Menjadi Dasar Dalam Mengisi Pembangunan

  • Whatsapp

SURABAYA, beritalima.com – Mental spiritual saat ini menjadi dasar dalam mengisi pembangunan baik fisik dan politik. Sebab jika hanya mengandalkan ketrampilan dan material maka persatuan dan kemakmuran bersama akan sulit tercapai, bahkan tanpa kekayaan mental hanya akan melanggengkan perbudakan.

“Salah satu solusi dalam menyelasaikan krisis yang dihadapi bangsa ini ialah dengan mengedepankan pembangunan mental spiritual diatas material ataupun politik,” ungkap Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo usai upacara peringatan Hari Pahlawan Tahun 2016 di halaman Tugu Pahlawan, Surabaya, kamis (10/11).
Menurutnya, selain didasari dengan mental spiritual dalam era globalisasi seperti sekarang juga harus dilengkapi dengan hukum untuk mengatur bagaimana terciptanya kemandirian ekonomi. Menjadikan hukum sebagai acuan ini sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Trisakti.
“Pembangunan politik hampir tidak ada celah apalagi penerapannya sangat liberal, banyak ditemukan kapitalisasi politik bahkan musyawarah mufakat yang menjadi dasar hampir jarang digunakan. Karenanya konsep Trisakti dalam globalisasi ialah melalui pembangunan hukum,” terang Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim.
Kepada para generasi muda ia berpesan, untuk ikut berkontribusi aktif dan positif dalam bentuk kerja nyata sekecil apapun sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing. Selain itu semangat nasionalisme yang dimiliki para pemuda sekarang harus mengutamakan produktifitas yang bertujuan untuk ikut mempertahankan persatuan dan kesatuan. “Setiap zaman harus mengembangkan respon kepahlawanan sesuai eranya, dan saya rasa pemuda-pemuda sekarang harus mampu memperbaiki keadaan negeri sehingga menghadirkan kemandirian bangsa,” harapnya.
Saat membacakan sambutan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, ia menyampaikan peristiwa 10 Nopember 1945 lalu memberikan pelajaran moral bahwa warisan para pahlawan bukanlah “politik ketakutan”, melainkan “politik harapan”. Sehingga seberat apapun tantangan yang dihadapi dan keterbatasan yang ada, tidak akan menyurutkan semangat perjuangan. “Semangat Kepahlawanan ialah semangat persatuan yang mutlak dengan tiada pengecualian suatu golongan dan lapisan. Semangat ini adalah semangat untuk membangun negara,” urainya.
Dalam rangka mewujudkan Indonesia yang berdaulat dan mandiri pemerintah pusat juga telah merumuskan agenda yang tertuang dalam NAWACITA. Kesembilan agenda prioritas dalam NAWACITA itu bisa dikategorikan dalam tiga ranah yakni mental-kultural, material (ekonomi), dan politik. “Ketiga ranah tersebut satu sama lain saling memerlukan secara sinergis dan tidak bisa dipisahkan,” imbuhnya.
Selain itu, dalam mendukung NAWACITA sebuah gerakan revolusi mental diharapkan bisa mendorong Gerakan Hidup Baru dalam hal perombakan dan peningkatan cara berpikir, cara kerja, dan cara hidup yang baik. “Itulah jiwa patriotisme progresis yang harus dikobarkan dalam menghadapi tantangan dan persoalan pembangunan hari ini,” katanya.
Menurutnya jiwa patriotisme progresif sangat diperlukan, sebab konteks berperang saat ini tidak lagi mengangkat senjata melawan penjajah. Namun berperang untuk mengatasai kemiskinan, pengangguran, keterlantaran, ketunaan sosial, korban bencana, dan berbagai masalah sosial lainnya. Dengan satu tekad yang sama dan saling bahu membahu serta dilandasi etos kerja dan gotong royong, maka Indonesia akan mampu menjadi bangsa “pemenang”. Hal ini sejalan dengan Tema Hari Pahlawan 2016, yaitu : “Satukan Langkah Untuk Negeri.”
Diharapkan, komitmen para pejuang, pendiri bangsa, dan para pahlawan untuk mempersatukan bangsa bisa terus ditindaklanjuti secara nyata. Makna pahlawan dalam konteks kekinian ialah orang yang konsisten memperjuangkan sesuatu ke arah yang positif. “Kerja nyata untuk bangsa ini bukanlah tugas pemerintah saja, tapi juga seluruh masyarakat. Jangan sampai pengorbanan para pahlawan menjadi sia-sia karena sikap apatis kita terhadap nasib bangsa ini,” pungkasnya.
Pada kesempatan tersebut Pakde Karwo juga memberikan berkesempatan memberikan tali asih pada perintis kemerdekaan dari Kab. Jombang Zefnath Ragainaga, serta tali asih kepada janda perintis dari Kota Surabaya diantaranya Puji Astuti, Djubaedah, Winarti, dan Muslikah.
Turut hadir Istri Gubernur Jatim Dra. Hj. Nina Soekarwo, Msi, Wakil Gubernur Jatim Drs. H. Saifullah Yusuf beserta istri Dra. Hj. Fatma Saifullah Yusuf, Kapolda Jatim Irjen Pol Drs. Anton Setiadji,M.H, Pangdam V Brawijaya Mayor Jendral TNI I Made Sukadana, Ketua DPRD Prov. Jatim Abdul Halim Iskandar, serta pejabat di lingkup SKPD Prov Jatim. (**).

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *