SURABAYA, beritalima.com – Belum genap satu minggu, Gubernur Jatim, Dr. H. Soekarwo kembali meraih penghargaan. Apabila beberapa hari yang lalu meraih penghargaan dari Koran Sindo, kali ini Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim kembali membuktikan prestasinya yakni dengan meraih penghargaan Anugerah Prapanca Agung dari PWI Jatim.
Penghargaan tersebut diserahkan oleh Plt. Ketua Umum PWI Pusat, Sasongko Tedjo pada acara Puncak Peringatan Hari Pers Nasional dan HUT ke 72 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bertemakan Pers Profesional Harapan Masyarakat di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis(29/3) malam.
Penghargaan Anugerah Prapanca Agung merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan oleh PWI Jatim bagi para tokoh diberbagai bidang yang memiliki kontribusi besar kepada jurnalistik dan kehidupan masyarakat. Pakde karwo, dirasa memiliki peran penting bagi kemajuan Jatim selama 10 tahun selama dipimpinnya. Terbukti melalui kreativitas dan inovasi yang dikembangkannya, berbagai sektor bisa digerakkan salah satunya sektor pembangunan. Banyak penghargaan yang berhasil di raih Jatim salah satunya adalah Samkarya Parasamya Purnakarya Nugraha.
Selain Pakde Karwo, juga terdapat beberapa penerima penghargaan lainnya diantaranya, Sekdaprov Jatim, Dr. H. Akhmad Sukardi, MM menerima Penghargaan Tokoh Daerah Bidang Pemerintahan, Pangdam V /Brawijaya Mayjen TNI Arif Rahman dan Kapolda JatimIrjen Pol, Drs. Machfud Arifin, SH Special Award karena mampu menciptakan suasana jatim yang aman, dama dan tenang, dan Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni meraih Penghargaan Tokoh Daerah Bidang Seni dan Budaya. Hadir pada acara tersebut, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Arief Budiman yang juga meraih bpenghargaan dari PWI Jatim. Secara keseluruhan undangan yang hadir pada acara tersebut sektiar 400 orang yang berasal dari berbagi elemen.
Pilar Keempat Demokrasi
Dalam sambutannya, Gubernur Jatim mengatakan pers adalah pilar keempat dari demokrasi. Pers dengan bijak memberikan pembelajaran kepada masyarakat Jatim tentang demokrasi melalui pemberitaan-pemberitaan yang menarik. Pers menjadi suatu tool engineering di dalam kehidupan masyarakat melalui pemberitaan yang mendidik, ungkapnya.
Melalui pers, lanjutnya, rekayasa sosial dilakukan secara bagus sehingga menciptakan tradisi masyarakat yang baik, salah satunya dalam menyikapi permasalahan yang ada saat ini. Rekayasa sosial menjadikan masyarakat berfikir rasional dan produktif. Tanpa ada pers yang berfikir professional dan kritis, kebudayaan tidak akan terbentuk. Sebagai contoh tanpa ada pemberitaan tentang budaya ludruk, maka tidak akan menonton budaya tersebut, jelasnya.
Oleh sebab itu, Pemprov Jatim akan terus mengembangkan hubungan yang sehat dengan pers dan membuka ruang dialog yang penuh kesetaraan dan keterbukaan. Ruang dialog juga dibangun melalui media sosial, yang kehadirannya menjadi sebuah keniscayaan akibat perkembangan teknologi informasi yang luar biasa cepat.
Pakde Karwo berharap insan pers, terutama media mainstream bisa menjadi benteng terakhir bagi pemberitaan media sosial yang masih belum terverifikasi kebenarannya. Media mainstream, seperti media cetak, radio, tv, dan media berbasis online harus mampu meluruskan hal yang kurang benar, dan menjernihkan kekeruhan yang terjadi di media sosial. Media mainstream agar tidak ikut larut dan malah memungut isu-isu yang belum terverifikasi di media sosial sebagai bahan berita.
Hal tersebut dikarenakan saat ini banyak media yang menjadikan trending topik di media sosial sebagai sumber berita, tanpa melakukan verifikasi apakah berita itu betul-betul benar atau tidak benar. “Media mainstream, tidak boleh luntur dalam menjunjung tinggi etika jurnalistik, yang menuntut faktualitas, obyektivitas, serta disiplin dalam melakukan verifikasi terhadap bahan berita, ungkapnya.(rr)