SURABAYA, beritalima.com – Ruang publik (public sphere) harus diinisiasi oleh pemimpin seperti kepala daerah, forkopimda, tokoh masyarakat, ataupun tokoh agama. Ruang publik ini sangat perlu dibangun untuk mengatasi potensi konflik yang sangat besar apalagi kondisi masyarakat Jatim yang multikultural.
“Pemimpin harus menginisiasi ruang publik. Jangan sampai masyarakat dibiarkan,” ujar Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo saat Gala Dinner dengan Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia (APSSI) di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (11/9) malam.
Pakde Karwo sapaan lekat Gubernur Jatim menjelaskan, penginisiasian ruang publik oleh pemimpin merupakan bentuk pendekatan sosiologis yang progresif, sekaligus pendekatan kebudayaan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada di masyarakat.
“Tersedianya ruang publik menjadikan adanya saluran aspirasi bagi masyarakat untuk menyampaikan beragam hal seperti permasalahan, usulan, solusi, dan lainnya,” katanya.
Lebih lanjut disampaikannya, dalam bahasa sehari-hari, membangun ruang publik disebut juga ‘silaturahim’. Selama ini sebagian wilayah telah menjalankannya, seperti kegiatan gugur gunung dan gotong royong di desa.
Menurutnya, langkah ini telah sukses diterapkan dan mampu menciptakan suasana Jatim menjadi kondusif, aman dan nyaman.
APSSI Diharapkan Tangani Disparitas dengan Pendekatan Sosiologis
Pada kesempatan yang sama, Pakde Karwo berharap Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia (APSSI) bisa menangani disparitas dengan pendekatan sosiologis. Langkah ini diperlukan untuk mengatasi kondisi disparitas yang semakin jauh.
Menurutnya, disparitas merupakan salah satu bentuk kegagalan liberalisasi dalam mendorong pertumbuhan inklusi.
Untuk mengatasinya, lanjutnya, pemerintah harus ikut membantu masyarakat kecil sebab kesenjangan atau disparitas bisa menimbulkan konflik sosial. “Jika ini dibiarkan akan membahayakan bangsa,” pungkasnya.
Sementara itu Ketua Umum APSSI Dr. M. Najib Azca, MA mengatakan, kegiatan ini merupakan konferensi internasional dan konferensi nasional yang keenam kali di berbagai kota. Tujuannya yakni agar sosiologi bersinergi dengan berbagai stakeholder termasuk Pemprov Jatim.
Menurutnya Jatim sebagai tuan rumah karena memiliki etos dan semangat kepahlawanan, serta bisa mengembangkan potensi lokal. “Keunggulan Jatim inilah yang patut dicontoh,” imbuhnya. (rr).