Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo menyepakati Gerakan Budaya Sensor Mandiri yang dicanangkan Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia. Gerakan tersebut mengajak dan melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dan mandiri dalam memilah dan memilih (menyensor) tayangan serta tontonan yang pas dan layak bagi dirinya.
Hal itu terungkap saat Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim saat menerima Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia, Dr. Ahmad Yani Basuki, M.Si beserta rombongan di Ruang Kerja Gubernur Jatim, Jl. Pahlawan 110 Surabaya, Rabu (7/9).
Pakde Karwo mengatakan, pihaknya menyepakati gerakan tersebut karena di era globalisasi ini kita sedang “perang budaya”. Artinya, budaya-budaya asing yang begitu bebas dan berlawanan dengan kearifan lokal kini sedang menginvansi bangsa ini, khususnya para generasi muda lewat tayangan televisi dan video yang bisa diakses lewat gadget mereka.
“Salah satu dampak negatifnya, anak-anak jadi individualis karena asyik bermain gadget, menonton tayangan yang kurang pantas, kurang mendidik, dan sangat jauh dari kearifan lokal. Kemudian, orang tua juga kadang kurang tegas dan ambil gampangnya. Jika anak menangis, orang tua memberikan gadget pada anak agar berhenti nangisnya. Padahal ini salah” katanya.
Karena itu, dengan adanya gerakan tersebut diharapkan mampu menyadarkan masyarakat agar menyaksikan tontonan yang sesuai dengan peruntukannya. Masyarakat pun juga diharapkan dapat memberikan pengawasan ekstra terhadap anak ketika sang anak bermain dengan gadget mereka.
Tak hanya menyepakati, untuk menyukseskan gerakan ini Pakde Karwo juga langsung menyanggupi untuk menyediakan tempat yang akan digunakan sebagai kantor perwakilan LSF Jatim. Tujuannya, agar film karya sineas Jatim bisa dinikmati tanpa perlu disensor oleh LSF Pusat. Hasil sensornya pun disesuaikan dengan kearifan lokal asal Jatim.
“Jadi nanti tontonan yang dinikmati masyarakat Jatim bisa berkualitas, sesuai peruntukannya, beragam, namun tanpa menghilangkan kultur khas Jatim. Kami sepakat dan mendukung sepenuhnya gerakan ini. Kami siap bekerjasama dengan LSF untuk mendirikan kantor perwakilan LSF di Jatim” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua LSF Pusat, Dr. Ahmad Yani Basuki mengatakan bahwa saat ini pihaknya miris dengan banyaknya kasus-kasus kriminal yang terjadi di negeri ini, banyak diantara kasus itu akibat pelakunya terinspirasi dari tayangan televisi maupun tontonan online dari gadget mereka.
“ Karena itulah kami meluncurkan Gerakan Budaya Sensor Mandiri ini dalam peringatan 100 tahun LSF Indonesia pada Maret lalu. Untuk menyukseskan gerakan ini, LSF tentu tak bisa jalan sendirian. Karenanya, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat untuk membantu LSF memperketat penyensoran terhadap sebuah film” katanya.
Ahmad Yani melanjutkan, pihaknya ingin membentuk badan sensor di setiap daerah. Tujuannya, agar film karya sineas daerah bisa dinikmati tanpa perlu disensor oleh LSF Pusat tapi cukup oleh LSF perwakilan. Sehingga kearifan lokal masing-masing daerah tetap terjaga. Untuk SDM nya, akan diseleksi secara ketat dan harus berasal dari putra daerah setempat dengan status setara Pegawai Negeri.
“Kami berterima kasih dan lega Pakde Karwo mau mendukung upaya kami. Khususnya pendirian kantor perwakilan LSF. Apalagi, Jatim adalah salah satu barometer perfilman Indonesia. Banyak karya film-film lokal disini, jumlah channel stasiun televisi asal Jatim juga banyak. Hampir tiap kabupaten/kota memiliki stasiun televisi sendiri.” pujinya. (**)