SURABAYA, beritalima.com – Di hadapan para Duta Besar (Dubes) dan Konsul Jenderal (Konjen) Republik Indonesia, Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo menitipkan potensi perdagangan (trade), pariwisata (tourism), dan investasi (investment) di Jatim. Ketiga potensi tersebut merupakan tugas pokok yang harus dikembangkan para Dubes dan Kojen RI.
“Tiga hal ini yang ingin saya titipkan kepada para Duta Besar dan Konjen,” ujar Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim saat menerima Kunjungan Lintas Nusantara Duta Besar dan Konsul Jenderal Republik Indonesia Tahun 2019 di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (29/1) malam.
Ia menjelaskan, di bidang perdagangan, Jatim mengalami surplus kinerja perdagangan Jatim sebesar Rp. 164,49 triliun pada tahun 2017 dan Rp. 101,15 triliun pada semester I Tahun 2018. Kinerja perdagangan tersebut ditunjang dengan adanya 26 Kantor Perwakilan Dagang (KPD) pada 26 provinsi di Indonesia.
“Setelah adanya KPD ini, net ekspor dalam negeri meningkat sebanyak 328,08 persen,” tegasnya.
Lebih lanjut disampaikannya, perdagangan Jatim mampu menguasai pasar domestik sebesar 20,77 persen. Apalagi Jatim ditunjang dengan perdagangan antar provinsi atau dalam negeri sehingga mampu menekan defisit neraca berjalan.
“Backbonenya ekonomi Jatim adalah captive market kita di dalam negeri. Bukan perdagangan ke luar negeri. Ini jadi pekerjaan besar bagi duta besar,” jelasnya.
Dikatakan, di Indonesia hanya terdapat dua provinsi yang masuk dalam provinsi industri dengan share sektor industri di atas 25 persen dari PDRB. Salah satunya, Jatim yang memiliki kontribusi sektor industri 29,03 persen terhadap PDRB dan menjadi provinsi industri pengolahan berbasis agro.
“Itu pilihan kita agar tidak terganggu terhadap output di dalam industri. Secara teori dan empiris, yang bisa memberikan nilai tambah adalah industri. Kalau industri Jatim tidak terlalu impor bahan bakunya,” ujar orang nomor satu di Jatim ini.
Di bidang investasi, lanjutnya, Jatim merupakan provinsi nomor satu dalam tingkat kemudahan berbisnis (ease of doing business). Dengan penilaian antara lain daya tarik investor, keramahan bisnis, dan kebijakan yang kompetitif.
Selain itu, Pemprov Jatim juga memberikan jaminan pemerintah (government guarantee) kepada para investor. Jaminan tersebut berupa kemudahan perizinan, percepatan pengadaan lahan, ketersediaan pasokan energi/ listrik, dan iklim perburuhan yang demokratis.
Masih mengenai investasi, Pakde Karwo menyampaikan, Jatim terus mendorong investasi pengolahan smelter seperti di Tuban, Gresik, Lumajang dan Situbondo.
Berdasarkan data BPS Jatim, struktur investasi Jatim tahun 2017 terdiri dari 56,34 persen Penanaman Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Non Fasilitas, 29,56 persen PMDN, dan 14,10 persen Penanaman Modal Asing (PMA). Untuk realisasi investasi Jatim triwulan I hingga III Tahun 2018 terdiri dari PMA sebesar Rp. 12,1 triliun, PMDN sebesar Rp. 23,84 triliun, dan PMDN Non Fasilitasi sebesar Rp. 92,69 triliun.
Di bidang pariwisata, jelasnya, untuk wisatawan mancanegara pada tahun 2017 mencapai 625.729 wisatawan. Jumlah tersebut meningkat 1,15 persen dari tahun 2016 yang mencapai 618.615 wisatawan. Sedangkan wisatawan nusantara pada tahun 2017 mencapai 58.649.178 wisatawan. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 7,48 persen dari tahun 2016 yang mencapai 54.565.006 wisatawan.
“Wisatawan mancanegara naiknya masih kecil sekali. Karena belum bisa menaikkan usulan Bandara Abdurahman Saleh di Malang menjadi bandar udara internasional. Sudah ada empat negara yang mengantri untuk masuk ke Malang,” katanya.
Pakde Karwo juga mempromosikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang terletak di Singosari Malang. Kawasan ini menggunakan konsep pengembangan pariwisata dan economic digital.
Sementara itu, Duta Besar RI di Beirut, Republik Lebanon Hajriyanto Y. Thohari mengatakan, program lintas nusantara bagi Dubes dan Konjen dimaksudkan untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan terhadap keadaan daerah dan berbagai obyek yang berkemajuan. Sehingga Dubes bisa memiliki pemahaman yang cukup untuk dijadikan bekal dalam pelaksanaan tugasnya mewakili Indonesia.
“Termasuk di dalamnya dapat mempromosikan bidang-bidang ekonomi dan perdagangan yang mendapatkan penekanan dari Presiden. Dan lebih dari itu bisa mempromosikan Indonesia, sehingga kunjungan wisatawan asing ke Indonesia terus semakin meningkat,” pungkasnya. (rr)