Jakarta, beritalima.com| – Palestina punya hak bela diri saat diserang, seperti yang terjadi setahun terakhir ini karena telah diserang Israel.
Ini bertolak belakang dengan apa yang diucapkan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock di parlemennya baru-baru ini yang membenarkan tindakan Israel dalam kerangka membela diri untuk menyerang situs sipil karena Hamas dianggap bersembunyi di kerumunan warga sipil juga di bangunan sekolah.
Menlu Jerman menyebut situs sipil dapat kehilangan status perlindungannya jika teroris menyalahgunakan status ini. Menlu Jerman tak menyebut tindakan agresi Israel sebagai aksi terorisme.
Sukamta, anggota DPR dari Fraksi PKS mengkritik keras pernyataan Menlu Jerman dan menyebutnya sebagai kesesatan berpikir. Ia menilai pernyataan tersebut mengandung kesesatan berpikir.
Apalagi menurutnya, pernyataan itu tidak bisa disematkan kepada Israel yang telah menjajah Palestina lebih dari 76 tahun. Sebaliknya, hak membela diri menurutnya menjadi hak sepenuhnya bagi bangsa Palestina.
“Saya menyesalkan Menlu Jerman (Annalena Baerbock) yang mengatakan bahwa yang dilakukan Israel itu adalah self defense dan legitimate, Itu adalah pendapat yang sangat salah,” kritik Sukamta di Jakarta (17/10)
“Yang kedua, dibenarkan menyerang situs sipil karena alasan Hamas bersembunyi di sana. Ini juga jelas melanggar hukum humaniter internasional. Apapun dugaan atas kondisi di lapangan, situs sipil tidak boleh menjadi sasaran serangan militer. Apa yang dilakukan Israel di Gaza sangat gamblang melanggar hukum humaniter internasional, seluruh rumah sakit, masjid, sekolah di Gaza saat ini hancur,” tambahnya.
Selain itu, ia menilai bahwa selama penjajahan, Israel mengusir jutaan orang Palestina, membunuh anak-anak dan wanita, melakukan politik Apartheid. Maka hak membela diri tidak berlaku buat Israel, sebaliknya itu sepenuhnya hak bagi Bangsa Palestina.
“Pernyataan Menlu Jerman secara tidak langsung mendukung Genosida yang tengah berlangsung di Gaza saat ini. Ini jelas sangat berbahaya, karena akan membuat Israel merasa punya pembenaran atas kekejamannya,” ungkapnya.
Jurnalis: Rendy