Jakarta, beritalima.com |– Mochtar Lubis, wartawan senior yang pernah di penjara era Soekarno dan Soeharto, pernah memberi pidato kebudayaan, yang memberikan salah satu ciri masyarakat Indonesia adalah munafik. Pidatonya (1970an) banyak menuai kritik, sekaligus ada yang mengiyakan.
Manuel Kaisiepo, wartawan senior Kompas yang berbicara dalam diskusi daring Perkumpulan Penulis Satupena di Jakarta (29/8) bertema Wajah Manusia Indonesia Kini, Telaah Ulang Pemikiran Mochtar Lubis, mengatakan, dalam memahami pemikiran Mochtar Lubis harus dilihat konteksnya.
Karena, ucap Manuel, untuk memahami pemikiran seorang tokoh sekaliber Mochtar Lubis haruslah melihat konteks zaman saat dia hidup. Ketika Mochtar membuat pidato kebudayaan, waktu itu adalah satu dekade setelah Orde Baru berkuasa.
Mochtar Lubis adalah manusia multidimensi. “Selain wartawan senior, dia juga seniman yang bisa melukis dan memahat. Dia pernah dipenjara oleh dua rezim, yakni di zaman Soekarno dan Soeharto,” sebut Manuel.
Menurut Manuel, ciri-ciri manusia Indonesia seperti yang disampaikan Mochtar Lubis itu sebetulnya lebih ditujukan kepada kalangan elite (pemimpin) ketimbang pada rakyat kebanyakan atau golongan bawah.
“Saya kira perdebatan dengan topik semacam ini tidak akan pernah berakhir. Polemik ini akan selalu berlanjut dan berkembang, tergantung dinamika yang berkembang dalam masyarakat,” tutur Manuel.
Mochtar Lubis (lahir 1922 dan wafat 2004), dalam pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki, 6 April 1977, mengatakan, “Sifat manusia Indonesia itu adalah: munafik, tidak mau bertanggung jawab, berperilaku feodal, mudah percaya pada takhayul, artistik dalam arti banyak memakai naluri, dan lemah karakternya.”
Jurnalis: Abri/Rendy