SURABAYA, Beritalima.com |Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, bahkan sudah memakan korban jiwa lebih dari 11 ribu ini, menimbulkan berbagai permasalahan. Bahkan anggota DPRD provinsi Jatim dari fraksi Gerindra, M Satib mengklaim Pandemi Covid melumpuhkan semua sendi kehidupan. Jumat (9/10/2020)
“Pandemi Covid yang berkepanjangan seperti ini luar biasa dampaknya pada semua sendi kehidupan. Semua masyarakat di sini hidup dalam keterbatasan. Tidak ada penghasilan, negara bertanggung jawab, dalam artian negara itu pemerintahan. persoalannya sekarang, pemerintah juga punya keterbatasan berkaitan dengan anggaran. Jadi mau ndak mau ya masyarakat sendiri juga harus ikut membantu pemerintah dalam rangka mencari peluang-peluang lain,” papar Satib.
Satib menyebut bahwa pemerintah memberikan di samping adanya BLT juga berupaya menciptakan lapangan kerja, di mana lapangan kerja yang paling instan bentuk-bentuk pekerjaan atau proyek yang bersifat padat karya yang cukup membantu bagi masyarakat.
“Dalam kondisi seperti ini, persoalannya berkaitan dengan padat karya. Dengan keterbatasan dana maka mau ndak mau kita sebagai anggota DPRD yang mempunyai ruang dalam menjalankan kegiatan dengan dana hibah. Dana hibah itu yang harus kita maksimalkan untuk membantu pemerintah dan masyarakat. Jadi harus tepat sasaran sehingga dana hibah yang ada ini betul-betul tepat guna sehingga masyarakat bisa merasakan kepedulian dari pemerintah,” lanjutnya.
“Dengan adanya pandemi covid 19 seperti ini Indonesia tuh kondisinya jauh lebih parah daripada Resesi ketika 1987. Karena 1998 itu kan masalah moneter, sekarang itu semua sendi kehidupan masyarakat menjadi lumpuh. Masalah yang cukup Kompleks menyangkut sendi-sendi ekonomi akibat Pandemi Covid, bukan hanya persoalan infrastruktur saja. Belum lagi kaitkan dengan pendidikan. Apalagi masyarakat pedesaan, ada tempat-tempat tertentu yang tidak terjangkau oleh signal internet. Kebanyakan masyarakat yang anaknya sekolah di tingkat SD SMP masih cenderung banyak yang sekolahnya gak masuk kota,” sambung Satib.
“Gedung SD-SMP itu lokasinya ke pelosok-pelosok. Ini yang sangat mengerikan sekali. Jadi persoalan semakin kompleks, dimana kebutuhan HP harus Android, kemudian signal internet gak terjangkau, terus diwajibkan membeli kuota internet. Sama dengan kota-kota lain di daerah-daerah, pandemi covid ini menyerang semua sendi kehidupan,” tutur Satib.
Satib menegaskan bahwa struktur kesehatan, termasuk pertanian, sosial budaya, pariwisata, semua terdampak.
“Pertanian terkendala subsidi pupuk. Sebenarnya, jika pupuk itu barangnya ada, sekalipun mahal, bagi petani kecil sebenarnya nggak masalah. Kita mau beli, tapi asalkan ada barang. Ini mah nggak ada barang, jadi para petani pada kelimpungan,” urai Satib.
Satib menuturkan, kendala berikutnya, pascapanen ini pemasarannya sulit, karena adanya keterbatasan wilayah pasar itu loh daya beli masyarakat menjadi lemah. Masyarakat yang paling banyak terdampak ini ya masyarakat pedesaan.
“Sebenarnya secara logika, pedesaan ini jauh dengan virus Corona, karena di desa itu relatif lokasi rumahnya saling berjauhan, berbeda dengan perkotaan yang tingkat interaksinya tinggi. Tapi dampak pandemi covid bagi masyarakat desa benar-benar melumpuhkan ekonomi mereka,” pungkasnya. (yul)