beritalima.com | Corona Virus Disease (covid-19) merupakan penyakit yang baru ditemukan 2019 lalu. Penyakit yang disebab coronavirus ini menyerang sistem pernapasan mulai dari kategori ringan hingga berat. Covid-19 ini bermula dari kota Wuhan, Cina, hingga menular ke berbagai dunia sehingga menjadi Pandemi global.
Selama Pandemi, masyarakat menyesuaikan kebiasaan baru seperti adanya protokol kesehatan yang ketat, misalnya aturan wajib memakai masker, jaga jarak, hingga mencuci tangan.
Kebiasaan baru tersebut menjadi pola hidup, seperti yang diungkapkan Kotler dalam Fitriani (2020: 25) bahwasannya gaya hidup merupakan pola hidup manusia yang diekspresikan melalui aktivitas keseharian. Gaya hidup tersebut merupakan suatu cara yang dikenali bagaimana seseorang menghabiskan waktunya.
Selain itu menurut Nugrahani dalam Fitriani (2020: 26) gaya hidup merupakan gabungan antara kebutuhan ekspresi diri dan keinginan kelompok terhadap tindakan yang sesuai dengan norma yang berlaku. Dari pengertian tersebut dapat dihubungkan dengan gaya hidup masyarakat kini.
Mulai adanya aturan PSBB mempengaruhi aktivitas masyarakat, Pandemi menjadikan kehidupan menjadi porak-poranda, lumpuhnya ekonomi, keterbatasan ruang, dan banyaknya korban yang berjatuhan.
Ini merupakan sebuah fenomena yang membuat mental manusia tertekan. Bagaimana tidak? Selama hampir setengah tahun masyarakat diminta berdiam diri di rumah, melaksanakan segala aktivitas di rumah. Keadaan tidak banyak berubah, hingga pemerintah memberikan keputusan mulai dari pembatasan sosial berskala besar, aturan jaga jarak, hingga kebiasaan normal baru.
Adanya Pandemi membuat perubahan gaya hidup masyarakat, beberapa diantaranya:
Dari segi kesehatan, masyarakat dihimbau untuk selalu memakai masker karena dapat melindungi diri sendiri dan orang dari adanya persebaran virus. Selain itu juga dihimbau untuk sering mencuci tangan sebagai upaya untuk membersihkan dan membunuh virus.
Manusia tidak lepas dari aktivitas harian sehingga memungkinkan penyebaran virus melalui kontak sosial, itulah mengapa masyarakat dihimbau untuk sering mencuci tangan dengan sabun.
Gaya hidup baru yakni adanya segala kegiatan yang dilakukan di rumah, mulai dari beribadah, sekolah, dan kerja. Beberapa waktu lalu marak sekali Tahar di media sosial ajakan untuk berdiam di rumah, work from home. Bahkan ketika hari raya, pemerintah mengeluarkan aturan dengan adanya himbauan beribadah di rumah. Jika ingin beribadah di tempat umum maka harus ketat menerapkan protokol kesehatan, seperti jarak antar jamaah satu meter. Bahkan ketika musim mudik kemarin, pemerintah mengimbau agar tidak pulang kampung untuk memutus rantai penyebaran virus Corona.
Dampak lain yang jelas nyata yakni adanya aturan jaga jarak. Orang-orang dilarang berkerumun dan jaga jarak minimal satu meter. Bahkan di dalam transportasi umum, bank, dan tempat umum lain terdapat spasi untuk jarak antar duduk orang.
Kebiasaan gaya hidup baru tersebut menjadikan masyarakat memiliki pola kehidupan baru. Jarang keluar rumah, dan tak lupa pula maraknya aktivitas konsumsi barang. Dilansir dari Tempo.co (17/5/20) terdapat perubahan konsumen akibat adanya Pandemi covid-19, yakni (1) the adaptive Shopper, sejak aturan PSBB diberlakukan, pengguna aplikasi belanja meningkat hingga 300 persen. (2) work from home, pengguna aplikasi produktivitas naik hingga lebih dari 400 persen pada pertengahan Maret kemarin.
Adanya perubahan gaya hidup tersebut menjadikan masyarakat mengalami revolusi sosial yang berlangsung cepat.
(Ema Ariska)