LAMONGAN, beritalima.com | Berlangsung di Desa Bojoasri, Kalitengah, Lamongan, pada Selasa (2/11/2021), panen padi dengan varietas inpari 42 Agritan GSR. Dihadiri beberapa pejabat, mulai dari Wakil Bupati Lamongan KH. Abdul Rouf, M.Ag., Kepala Dinas Pertanian Jatim Dr. Ir Hadi Sulistyo, dan Bakorwil Agung Subagyo, S.STP., M.Si. Sedangkan dari aktivis, hadir Ketua DPD Perempuan Tani HKTI Jatim, Dr. Lia Istifhama, M.E.I., petani millenial Mahmud, M.Ap., dan pihak biotani Agus.
Panen tersebut dimulai dengan diskusi dengan petani setempat. Yang oleh ning Lia, diterangkan bahwa petani Bojoasri mengalami penurunan akibat hama kresek.
“Petani setempat mengalami kendala dalam bertani akibat penyakit hama kresek. Namun, petani tetap bertahan dan menunjukkan semangat SUPER, yaitu suistanabilitas pertanian. Hal ini seirama dengan spirit Gubernur, yaitu Jatim Bangkit Ekonomo Kuat.”
Sedangkan dari Kadistan Hadi, dijelaskan bahwa Pemprov Jatim sangat berharap Jawa Timur tetap menjadi lumbung pangan nasional.
“Dengan adanya capaian yang mengukuhkan Jawa Timur sebagai provinsi penyanggah pangan nasional untuk menunjang pembangunan pertanian, maka kita pun berharap petani tetap bertahan di berbagai situasi. Tentunya, dengan berbagai inovasi yang mendukung sektor hilir hasil pertanian.”
“Salah satunya dengan yang dipanen saat ini, yang menggunakan varietas unggul padi inpari 42 yang diberikan oleh Pemoriv Jatim. Dengan memilih varietas terbaik, diharapkan hasil panen pun menjadi beras yang digemari masyarakat.”
Disinggung potensi besar kegagalan panen akibat Bojoasri adalah wilayah terendah Lamongan, Doktoral Untag tersebut juga menjelaskan program asuransi yang merupakan kerjasama antara Pemprov Jatim dengan Jasindo, yaitu asuransi usaha tani padi.
“Asuransi AUTP ini penting diketahui oleh petani karena mengcover kerugian jika terjadi gagal panen. Karena dengan AUTP, petani dapat mengajukan klaim (tuntutan) untuk memperoleh ganti rugi sehingga mampu melakukan atau melanjutkan kegiatan berusahatani karena sudah memiliki modal kerja yang diperolehnya, yakni ganti rugi atas risiko usahatani yang dialaminya,” terangnya.
Sedangkan Bakorwil Bojonegoro, Agung Subagyo, menjelaskan potensi perairan dari aliran sungai Bengawan Jero yang diharapkan mendukung sektor pertanian setempat, bukan menjadi potensi banjir yang mengancam terjadinya gagal panen.
“Potensi air harus dijalankan secara tepat sehingga membantu pengairan persawahan dan bukan sebaliknya, menjadikan petani khawatir gagal panen. Terlebih, petani disini hanya satu kali masa tanam dalam setahun.”
Di akhir acara, Wabup Lamongan memberikan pesan bahwa Lamongan sebagai wilayah produksi padi terbesar se Jatim dan urutan kelima se nasional, menjadi motivasi agar petani dan masyarakat tetap bahu membahu menjaga potensi tersebut.
“Ini kabar baik yang menunjukkan Lamongan sudah berhasil membuat bangga negeri dengan capaian tersebut. Namun, kita harus tetap mempertahankan prestasi ini. Terlebih, bagaimana sektor perikanan tetap harus bertahan seperti halnya kita mempertahankan sektor pertanian.” (RED)