JAKARTA, Beritalima.com– Anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin meminta Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan sinkronisasi data sehingga terjadi kesepahaman stok dilapangan sesuai dengan angka database di kedua lembaga ini.
Kekacauan kebijakan dan kericuhan di lapangan, awal munculnya perbedaan data yang ada. Contoh stock komoditas tertentu menurut Kementan cukup, mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri pada durasi tertentu, sedangkan Kemendag berkata lain sehingga memunculkan kebijakan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pada kasus jagung yang sudah dilihatkan berbagai sentra produkdi yang melakukan panen raya dengan menunjukkan ke publik, komoditi ini masih melimpah pasokannya. “Saya meminta antara kementan dan kemendag ada kesepahaman data,” tutur Andi Akmal.
Legislator dari Dapil II Provinsi Sulawesi Selatan ini mengatakan, dari data yang ia terima, berdasarkan angka prognosa, secara nasional, untuk September-November diperkirakan panen seluas 826.367 ha dengan produksi 3.745.928 ton. Januari-November 2021 perkiraan luas panen jagung di Indonesia 4,2 juta hektare dengan produksi 17,5 juta ton pipilan kering.
Contoh data ini, kata anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, kedua lembaga pemerintah tersebut mesti sepakat, dengan memastikan kondisi lapangan yang ada benar adanya, sehingga kebijakan akan tepat yang nantinya berimplikasi pada kebijakan selanjutnya.
Andi Akmal mengharapkan, dengan pemenuhan pakan ternak dari bahan baku jagung, terutama pada produksi daging ayam dan telur, di masa depan tidak ada polemik di kalangan para peternak dan juga konsumen akibat stok daging ayam atau tingginya harga daging ayam dan telur.
“Semua yang kita upayakan inikan untuk masyarakat. Produktivitas jagung yang mencapai 6,5 ton dan harga pipilan kering Rp 5.400 dinilai sangat bagus untuk meningkatkan pendapatan petani,” kata dia.
Tersedianya pakan akan memudahkan para peternak unggas melakukan aktivitasnya karena harga yang terjangkau. “Dan, masayrakat konsumen secara umum akan mendapat tata niaga yang baik karena ketersediaan pangan dari daging ayam dan telur tersedia dan murah atau terjangkau harganya,” urai Andi Akmal.
Lebih jauh disampaikan, setiap tahunnya, serapan komoditas jagung juga meningkat. Hal ini terlihat dari data BPS yang mencatat pertumbuhan produksi jagung nasional periode 2018-2020 mengalami pertumbuhan rata-rata 3,97 persen /tahun. Khusus tahun 2020, rata-rata produktivitas jagung nasional mencapai 54,74 ku/ha.
Saya Minta, pemerintah melalui direktorat tanaman pangan kementerian pertanian dapat mempertahankan program ketahanan pangan dimana jagung termasuk komoditi yang menjadi prioritas utama, di samping padi dan kedelai (Pajale).
“Dengan fokus seperti ini, kedepannya semoga dapat mengurai dan menekan importasi pangan yang semestinya mampu kita produksi dari dalam negeri,” demikian Dr H Andi Akmal Pasluddin. (akhir)