SURABAYA, beritalima.com – Tahun ini, Kementerian Sosial (Kemensos) RI, mengajak seluruh pihak untuk memperkokoh Persatuan dan Kesatuan melalui Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) yang dipusatkan di Kota Surabaya, tepatnya di lapangan Makodam V/Brawijaya.
Tak hanya dihadiri oleh masyarakat, berlansungnya kegiatan itupun, juga dihadiri langsung oleh Gubernur Jawa Timur, Drs, H. Soekarwo, Panglima Kodam (Pangdam) V/Brawijaya, Mayjen TNI Arif Rahman, M. A dan Kapolda Jatim, bersama beberapa pejabat terkait di wilayah Jawa Timur lainnya.
Selain membuka pasar murah, gelar HKSN tersebut juga menyediakan berbagai kegiatan sosial lainnya, tanpa terkecuali bakti sosial, donor darah hingga pengobatan gratis.
Hari Kesetiakawanan Nasional yang diperingati setiap tanggal 20 Desember tersebut, berawal dari adanya perang dalam mempertahankan kemerdekaan yang terjadi pada tahun 1945, hingga tahun 1948 lalu. Alhasil, akibat perang tersebut, menyebabkan bertambahnya jumlah permasalahan sosial di Indonesia.
Keberadaan hal itu, seakan menggugah sikap Kementerian Sosial untuk mengambil sikap, maupun langkah dalam mengatasi, sekaligus menanggulangi setiap permasalahan sosial. Bahkan, melalui langkah tersebut, Kemensos juga turut melibatkan masyarakat dalam menyikapi segala permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.
Melalui sikap tersebut, Menteri Sosial RI pertama kali, H. Moeljadi Djojomartono, menetapkan tanggal 20 Desember diperingati sebagai Hari Kesetiakawanan Nasional.
Senada dengan hal itu, Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, Kesetiakawanan Nasional juga pernah terjadi di Indonesia, tepatnya pada saat peristiwa yang terjadi di Maguwo, Jawa Tengah pada tahun 1948 lalu.
Dirinya menjelaskan, pada saat itu, Jenderal Besar Panglima Soedirman, yang saat itu menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia, telah berhasil menyatukan seluruh prajurit, hingga seluruh lapisan masyarakat dalam perjuangannya melawan penjajah dengan cara bergerilya.
“Ketika Bung Karno, Bung Hatta ditahan oleh Belanda pada Peristiwa Maguwo maka Bung Karno meminta Syafruddin Prawiranegara untuk mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Hari itu sebetulnya Jenderal Sudirman oleh Bung Karno diminta tetap di kota. Tapi Jenderal Sudirman melihat perkembangan di kota tidak memungkinkan beliau untuk tinggal di kota Jogja. Akhirnya beliau melakukan gerilya,” jelasnya.
Terlihat, kata Kemensos RI ini, dari peristiwa yang terjadi di Maguwo pada saat itu, dirinya menegaskan betapa pentingnya untuk membangun persatuan dan kesatuan, sekaligus mewujudkan kegotong-royongan di masyarakat dalam menjaga keutuhan NKRI.
“Reintegrasi sosial itu perlu, karena nilai-nilai yang mulai mengalami pemudaran, hubungan komunikasi yang kurang, pertemuan face to face yang mulai tergantikan gadget. Sebenarnya gadget itu bisa mengkomunikasikan hal-hal tertentu, tapi tidak bisa menggantikan hati atau rasa solidaritas,” kata Menteri Sosial RI ini.
Untuk itu, pihaknya mengajak dari Kementerian Sosial untuk bersama-sama turun ke lapangan, melakukan gotong royong, membangun persatuan meneguhkan persatuan NKRI dengan memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat, seperti melaksanakan baksos, donor darah, pengobatan gratis dan lainnya.
“Kita ajak generasi jaman now, untuk terbangun pikirannya, bersama-sama menyerukan HKSN kalau kesetiakawanan sosial itu penting sekali sebagai kekuatan negara. Kita punya #setiakawan keren untuk menyerukan acara HKSN,” tutupnya.