Letak Indonesia yang sangat strategis membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia, namun disisi lain juga menjadi ancaman bagi penyebaran penyakit menular global. Dalam menghadapi perspektif ancaman ini, IDI memiliki peran sangat strategis dalam mewujudkan Ketahanan Kesehatan Nasional.
Hal tersebut dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat menjadi Keynote Speaker sekaligus membuka Seminar Sehari Ketahanan Kesehatan Global Dalam Perspektif Pertahanan Negara yang diikuti oleh 400 dokter TNI dan Sipil, bertempat di Aula Gatot Soebroto Denma Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (9/11/2017).
Menurut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Ketahanan Nasional menyangkut berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga aktualisasinya butuh kerjasama dan sinergitas lintas sektoral. Saat ini, ancaman global yang menimpa negara-negara di dunia termasuk Indonesia yang sering dikenal sebagai proxy war salah satunya menggunakan aspek kesehatan sebagai media untuk menghancurkan suatu negara melalui biocrime, bio warfare dan bioterorism.
Panglima TNI menuturkan untuk menghadapi berbagai ancaman khususnya bidang kesehatan, bahwa disetiap daerah ada aparat Babinsa sebagai ujung tombak TNI yang bertugas melakukan deteksi dini, cegah dini, temu cepat dan lapor cepat. Namun laporan hasil deteksi dini dari Babinsa perlu segera diambil langkah yang tepat yaitu bekerja sama dengan dokter dan tenaga kesehatan setempat. “Peran dokter menjadi agen pertahanan terdepan dalam melawan ancaman perang biologi maupun bioterorism sangat dibutuhkan,” tuturnya.
Lebih lanjut Panglima TNI menyampaikan bahwa kesepakatan Global Health Security Agenda (GHSA) Ministerial Meeting di Belanda tahun 2016 menghasilkan keputusan bahwa negara yang tidak serius menangani pendemik alami maupun buatan akan diberikan sanksi. Sanksi yang diberikan secara bertingkat dimulai dari Travel Advisory dan selanjutnya Travel Warming dan Travel Ban (tidak ada keluar masuk turis dan ekspor impor). Pada tahapan Travel Ban merupakan bentuk Embargo terselubung yang berdampak pada ketahanan nasional. “Kita harus mewaspadai hal ini,” tegasnya
Menjawab pertanyaan awak media terkait temuan 16 juta bibit beras China yang merusak bibit padi di Indonesia, Panglima TNI menjelaskan bahwa Kementerian Pertanian sedang melakukan penelitian dan hasilnya perlu disosialisasikan. “Jangan sampai meningkat pada hal-hal terorisme, untuk itu perlu kerjasama yang baik antara TNI dengan instansi terkait,” ucapya.
Lebih lanjut Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menerangkan akan penting adanya crisis center pada tingkat nasional yang terdiri dari multi instansi seperti Dinas Perhubungan, Kepolisian, Imigrasi, Dinas Kesehatan dan TNI. “Dengan adanya crisis center diharapkan apabila terjadi hal-hal yang berbahaya pada suatu daerah maka dapat diambil langkah tegas dan tepat serta segera diinformasikan pada masyarakat untuk tidak mendekati tempat tersebut,” ujarnya.
Seminar Nasional dengan tema “Ketahanan Kesehatan Global Dalam Perspektif Pertahanan Negara” yang diselenggarakan oleh TNI bekerjasama dengan IDI ditujukan untuk memberikan pemahaman kepada seluruh dokter peserta seminar baik TNI maupun dari institusi lainnya akan pentingnya program Global Health Security.
Pada kesempatan tersebut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Prof. Dr. Ilham Oetama Marsis, Sp.OG menyatakan bahwa sebagai komunitas intelektual kesehatan, Ikatan Dokter Indonesia mempunyai tanggung jawab sosial (Professional Social Responsibility) untuk memajukan kesehatan Indonesia, sebagaimana perannya sebagai pelaksana pelayanan kesehatan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat.
Pada kesempatan itu juga dilakukan penyematan PIN Agen Pertahanan kepada seluruh peserta seminar sebagai bentuk komitmen dalam menjaga negara dari ancaman kesehatan global. Dari kegiatan seminar ini diharapkan akan ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan di seluruh Indonesia untuk mempercepat penyebaran informasi program serta membangun jejaring pertahanan kesehatan global.