Mahasiswa dan mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah mahasiswa terpilih dan merupakan patriot sejati harapan bangsa, khusus dididik ilmu pengetahuan bidang pertanian untuk mensejahterakan petani di Indonesia melalui profesi keilmuannya, teruslah berusaha mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Hal tersebut dikatakan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dihadapan 2.500 Mahasiswa/i dan tenaga pendidikan saat memberikan ceramah pada acara kuliah umum yang mengusung tema, “Kedaulatan Rakyat dan Pangan Untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia”, di Gedung Grha Widya Wisuda Kampus IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat, Kamis (23/2/2017).
Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI mengatakan kepada mahasiswa/mahasiswi IPB bahwa, dimana Indonesia sebagai negara besar di garis ekuator memiliki kekayaan melimpah sebagai sumber pangan. Tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi sasaran invasi oleh negara asing. “Hal tersebut merupakan bagian dari kompetisi global karena pangan merupakan mati hidupnya suatu bangsa, apabila kebutuhan pangan tidak dipenuhi bisa menjadi mala petaka, saya harap mahasiswa/mahasiswi IPB adalah patriot sejati, wujudkan Indonesia sebagai bangsa pemenang dibidang ketahanan pangan,” katanya.
Lebih lanjut Panglima TNI menjelaskan, berdasarkan teori Thomas Malthus (1798) bahwa percepatan jumlah penduduk meningkat seperti deret ukur, sedangkan persediaan pangan meningkat seperti deret hitung. “Kalau kita analisa teori tersebut maka ketersediaan pangan dan energi akan sangat terbatas karena jumlah penduduknya berkembang secara pesat, ini merupakan warning bagi Indonesia dimasa yang akan datang,” ungkapnya.
Menurut Panglima TNI, bangsa ini sangat bergantung kepada hasil pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia. “Saya mempunyai harapan besar terhadap kampus IPB dan seluruh mahasiswanya dalam mensejahterakan rakyat Indonesia melalui peran dan kontribusi setiap mahasiswa dibidang pertanian,” tegas Panglima TNI.
Terkait hasil panen padi para petani, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa, pada saat ini harga padi dalam keadaan bagus, pemerintah membeli sebesar Rp 3.750 tetapi dibeli oleh tengkulak sebesar Rp 2.000. “Ini sama saja membunuh petani karena petani mengalami kerugian sangat besar, hal tersebut menjadi tantangan bagi lulusan IPB untuk memperbaiki sistem jual beli yang merugikan petani,” tuturnya.
Guna pemecahan permasalahan pertanian lebih jauh, Panglima TNI menyampaikan bahwa, untuk membantu petani, saat ini TNI mempunyai program Sentra Pelayanan Padi Terpadu (SP3T) yang bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan petani dengan menggunakan metode pertanian modern sebagai solusi untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi petani saat ini. “SP3T merupakan karya dan sumbangsih TNI kepada rakyat Indonesia dalam rangka mewujudkan swasembada pangan nasional,” ucapnya.
Turut hadir dalam acara tersebut antara lain, Asintel Panglima TNI, Aster Panglima TNI Pangdam III/Siliwangi, Kapuspen TNI, Danrem III/Siliwangi, Dandim 0607/Kota Sukabumi, Dandim 0608/ Cianjur, Dandim 0622/ Kabupaten Sukabumi, Danlanud Atang Sanjaya, Danyon 14 Kopassus, Kapolres Bogor, Bupati Bogor dan Muspida Bogor.