Pantai Lampon, Surga Mini Untuk Pecinta Pantai

  • Whatsapp
Pemandangan Pantai Lampon yang asri. Sumber Foto: Dok. Istimewa

Memasuki libur sekolah, ayah mengajak kami sekeluarga untuk pulang kampung. Untuk mengisi waktu luang kami memutuskan untuk pergi ke pantai. Tepatnya Pantai Lampon yang terletak di Desa Pasir, Kecamatan Ayah, Kebumen. Keesokan harinya selesai sarapan kami sekeluarga ditambah kakek, nenek, dan sepupuku berangkat.

Perjalanan yang cukup jauh dari rumahku membuatku bosan dan lama-lama tertidur. Saat bangun ternyata kami salah mengambil jalan sehingga harus memutar balik. Mendekati pantai kami harus melewati jalan berkelok-kelok yang sempit.
Pemandangan gunung dan sawah hijau memanjakan mataku yang terbiasa hanya melihat layar gadget. Awalnya aku tidak begitu berminat, namun semakin mendekati pantai aku mulai tidak sabar. Rasanya aku ingin berdiri di pinggir pantai sembari menunggu ombak menyapa kakiku.
Memulai Perjalanan Menuju Puncak Bukit

Sampai di tempat wisata kami sekeluarga membayar tiket masuk dan mengecek suhu tubuh. Wangi air garam bahkan sudah tercium dari tempat parkir kendaraan. Angin sepoi sepoi menyambut kami saat membuka pintu mobil.

Menjelang siang sinar matahari semakin terik dan udara terasa panas. Di dekat lahan parkir tersedia mushola kecil untuk sholat dan kamar mandi umum. Terdapat pula kios makanan yang menyajikan berbagai menu makanan dan minuman.
Kami sekeluarga memutuskan untuk melihat pantai dari atas bukit. Menuju bukit terdapat beberapa gazebo mini untuk beristirahat atau berfoto. Terdapat spot foto menarik lain yang memang dibangun untuk wisatawan.

Dari atas tebing pantai terlihat tidak memiliki batas. Air terlihat hijau kebiru-biruan seperti tidak berdasar. Hembusan angin pantai membawa lelah yang kurasakan. Wangi garam, angin pantai, dan pemandangan indah memanjakan kami.

Sisi kiri tebing telah dibuat pagar agar para pengunjung tidak melewati batas. Aku tidak henti-hentinya memuji keindahan pantai. Meski panas dan gerah perjalan menuju puncak bukit tetap menyenangkan.

Beruntung aku menggunakan sandal yang nyaman sehingga kakiku tidak lecet karena berjalan jauh. Sepanjang perjalanan kami banyak mengabadikan gambar. Berusaha menyimpan banyak kenangan untuk moment liburan kali ini.
Kebetulan kami datang saat air pantai sedang pasang sehingga tidak diizinkan berenang. Raut sedih menghiasi wajah sepupuku saat mendengar hal tersebut. Untuk menghiburnya kami mengajaknya untuk kembali berjalan dan menikmati pemandangan.

Sebelum mencapai puncak terdapat Goa Wara Wiri. Karena gelap dan tidak adanya petugas kami mengurungkan niat untuk masuk. Ibu sendiri melarang kami untuk masuk karena takut bertemu ular atau binatang lainnya. Jadi kami hanya berfoto sebentar dan kembali berjalan keatas bukit.
Dari puncak bukit kami bisa pantai lampon, pantai tanjung karang penganten, dan pantai pasir. Rasanya menyenangkan karena bisa melihat tiga pantai sekaligus dari satu tempat. Setelah puas berfoto di puncak bukit kami memutuskan untuk kembali dan makan siang.

Pemandangan dan suasana asri meningkatkan nafsu makan kami. Karena tidak bisa berenang atau sekedar main air di pantai kami akhirnya pulang. Meski harus pulang lebih cepat dari perkiraan, perasaan senangku masih terbawa sampai rumah.

(Aisyah Banowati/Politeknik Negeri Jakarta)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait