Oleh :
Rudi S Kamri
Suhu politik di Papua yang memanas beberapa hari ini sempat diramaikan oleh oleh suara- suara sumbang dari kelompok negara Melanesia yang tergabung dalam Melanesian Spearhead Group (MSG). Ada aroma kuat mereka memanfaatkan situasi kerusuhan di Papua untuk menyuarakan kebebasan Papua atas kedaulatan NKRI.
Seperti kita ketahui Melanesia adalah gugus kepulauan yang memanjang dari Papua dan Aru lalu ke timur sampai Pasific bagian barat serta ke utara dan timur laut Australia. Kata Melanesia dari bahasa Yunani Melano-nesos yang artinya Nusa Hitam atau Kepulauan Hitam. Negara yang tergabung dalam kelompok negara Melanesia yaitu Papua Nugini, Fiji, Vanuatu, Kep. Salomon, Timor Leste dan New Caledonia. Total populasinya di seluruh dunia diperkirakan sekitar 22 juta orang. 13 juta diantaranya adalah WNI etnis Melanesia yang tersebar lima provinsi di Indonesia yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan yang sembilan juta orang lainnya tersebar di enam negara Melanesia lainnya.
Sampai hari ini saya melihat orientasi hubungan multi lateral antara Indonesia dan negara-negara Melanesia kurang mendapat perhatian serius dari Pemerintah. Orientasi strategi diplomasi Indonesia masih lebih mengarah ke Eropa, Amerika dan Asia. Meskipun sudah ada perkembangan hubungan antara Indonesia dan negara-negara Melanesia tapi saya melihat hanya sekedar hubungan diplomatik normatif tapi belum terlalu intens menjadi hubungan yang lebih produktif.
Dengan memanfaatkan kesamaan ras melanesian antara Indonesia dan negara- negara Melanesia seharusnya sangat berpeluang dibangun hubungan yang lebih intens di bidang sosial, budaya dan ekonomi.
Saat kedutaan besar Indonesia di Fiji dipimpin oleh GARY RACHMAN JUSUF, sudah ada roadmap rintisan strategi hubungan bilateral antara Indonesia dan Fiji dengan pola hubungan harmonis “socia-cultural and economic”. Gary memanfaatkan pendekatan potensi sumber daya alam setempat dan kesamaan sosial budaya sebagai titik awal membangun sebuah hubungan diplomatik yang harmonis antara Indonesia dan Fiji.
Dan hasilnya SUKSES. Hal ini disampaikan oleh sahabat saya YANTHI TAMBUNAN yang pernah terlibat aktif sebagai salah satu pelaksana “Gary Diplomatic Strategy’. Menurut Yanthi Indonesia berpeluang besar melakukan investasi besar di negara-negara Melanesia. Penetrasi ekonomi dari pengusaha Indonesia sangat berpeluang besar menjadikan negara-negara Melanesia sebagai target market yang sangat potensial.
Tapi sayangnya setelah Duta Besar Indonesia di Fiji diganti, strategi diplomasi socia-cultural and economies ini tidak dilanjutkan oleh pengganti Gary Rachman Jusuf. Akhirnya hubungan antara Indonesia dan Fiji kembali mendingin. Dan kejadian serupa terjadi dengan perwakilan diplomatik Indonesia di negara Melanesia yang lain. Intinya perwakilan diplomatik Indonesia di Indonesia saat ini gagal membina hubungan harmonis dan produktif dengan negara-negara Melanesia.
Andai saja Indonesia tidak memunggungi negara-negara Melanesia dalam strategi diplomasi internasional, saya yakin Indonesia akan mendapatkan banyak keuntungan. Setidaknya negara-negara Melanesia tidak akan mengganggu kedaulatan NKRI atas Papua dan Papua Barat. Justru mereka mendukung penuh Indonesia di forum internasional seperti PBB dan lainnya.
Saran saya ke depan untuk mengamankan Papua, jangan lagi strategi diplomasi kita memunggungi negara-negara Melanesia. Mereka harus dijadikan partner strategis dan dirangkul hangat. Jangan ada lagi penunjukan duta besar yang tidak menguasai masalah geo politik regional. Jangan ada lagi penunjukan seorang artis atau selebriti untuk menjadi duta besar. Yang terjadi mereka lebih fokus melakukan pencitraan diri, pesta-pesta, asyik main band dan hanya main golf. Apapun pembelaan mereka atas kritikan saya, nyatanya dalam kasus suhu politik di Papua saat ini, Indonesia tidak mendapatkan dukungan yang memadai dari negara-negara Melanesia. Menurut saya ini adalah kegagalan diplomatik Indonesia di negara-negara Melanesia.
Kita terlalu sering berkoar-koar sukses memadamkan api setelah api berkobar besar. Kita sering gagal mencegah jangan sampai ada kebakaran.
*Salam SATU Indonesia*
01092019