JAKARTA, beritalima.com | “Bagi kami, tim medis dan relawan adalah pahlawan di zaman covid-19. Karena itu, kami 63 penulis puisi esai ikut mendukung mereka, dengan cara menyumbangkan 63 baju APD bersertifikat. Satu penulis menyumbangkan satu APD.”
“Jangan dilihat bentuk dan jumlah derma kami. Lihatlah niat kami, niat para penulis, penyair, seniman, seniwati, untuk ikut bergotong royong bersama tim medis dan relawan, yang sudah mengambil resiko untuk menyembuhkan pasien.”
Demikian pesan yang disampaikan pengurus Kelompok Studi Proklamasi (KSP): Elza Peldi Taher, Jonminofri, Halimah Munawir, M. Jojo Rahardjo, dan pengurus IKATISA 31 (Tutut Adinegoro dan Nanang Susanto), serta penyair Fatin Hamama.
Mereka mewakili 63 penulis puisi esai dari Aceh dan Sumatra, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Papua, Malaysia, Brunei, Thailand, Singapura, Salomon Island, hingga Australia, untuk menyerahkan 63 APD tersebut kepada RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, hari Selasa, 2 Juni 2020.
Denny JA, penggagas puisi esai, mengatakan: “Banyak penulis yang merekam kisah pandemik virus corona untuk satu buku. Tapi para penulis puisi esai dari manca negara selangkah lebih maju lagi. Mereka tak hanya bersama sama merekam suara batin masyarakat dalam puisi esai mini yang dibukukan. Mereka juga bersama sama berderma.”
Denny mengutip lembaga yang berpusat di Inggris, Charities Aid Foundation. Lembaga ini melakukan riset pada 146 negara seluruh dunia. Negara mana yang penduduknya yang paling banyak berderma. Mereka membuat penilaian berdasarkan Indeks yang disebut World Giving Index.
Di tahun 2018, Indonesia terpilih rangking nomor satu. Posisi Indonesia dari sisi spirit masyarakatnya untuk berderma di atas negara Amerika Serikat, Australia, Canada, Bahrain, yang masuk 10 besar.
Para penulis puisi esai ini salah satu saja contoh spirit publik di Indonesia yang gemar berderma. Tak hanya dalam bentuk uang atau barang. Banyak pula rakyat Indonesia yang berderma menjadi sukarelawan, mendermakan tenaga, pikiran dan waktu.
Para penulis puisi esai manca negara ini, awal Juni 2020 ini, mempublikasikan buku mereka yang berisi kumpulan puisi esai mereka dengan judul: Love and Life in the Era of Corona. Aneka drama batin, kesedihan serta harapan, kematian, dan perjuangan menghadapi era pandemik terekam di sana.
Ujar Denny, buku puisi esai itu pada waktunya akan dirujuk ketika kita ingin mendalami suasana batin era pandemik, yang datang mungkin hanya seratus tahun sekali.*