LAMONGAN, Beritalima.com|
Ada sekitar 161 pemuda dari Barisan Reaksi Cepat (Baret) Rescue DPW Partai NasDem Jawa Timur, menjalani pelatihan sebagai regu penolong.
Diklat tersebut berlangsung selama 10 hari, dimulai sejak Jumat 2-11 Maret 2022 di Laguna Wego, Lamongan dengan macam-macam jenis pelatihan yang diberikan instruktur dari Basarnas Jatim, TNI, Polri, BPBD, Orari, rescue satwa hingga PMI.
“Sesuai instruksi Ketua Umum Partai NasDem Bapak Surya Paloh, kerja-kerja politik harus dibarengi dengan kerja-kerja kemanusiaan,” ujar Ketua DPW Partai NasDem Sri Sajekti Sudjunadi, Rabu (9/3/2022).
Perempuan yang biasa disapa kakak Jes ini menerangkan, banyak gunung berapi aktif di wilayah Jawa Timur, dan potensi bencana alam seperti banjir, tanah longsor. Jika terjadi musibah atau bencana, maka Partai NasDem bisa menjalankan misi kemanusiaan.
“Sebaik-baiknya manusia adalah dapat memberikan manfaat bagi sesama,” tuturnya.
Selama mengikuti pelatihan, peserta diklatsar baret rescue harus bangun pagi-pagi dari tenda barak, untuk menjalani latihan fisik. Bukan hanya sekedar berlari di hutan, tetapi juga berenang di telaga sejauh 100 meter untuk melatih otot, termasuk sebagai pelatihan pertolongan korban di air.
Selanjutnya, para relawan ini juga dibawa ke area hutan jati. Mereka berlatih membawa korban dengan menaikkan atau menurunkan korban dari tebing setinggi 20 meter. Termasuk pertolongan di darat, ketika mendapati korban yang sudah tidak dapat bergerak.
Di tempat terpisah, Wakil Ketua Panitia Diklatsar Baret Rescue Garda Pemuda NasDem Jawa Timur Deny Prasetya mengungkapkan, tujuan utama digelarnya diklatsar rescue tersebut sebagai pembelajaran bagi Garda Pemuda NasDem memahami penanganan teknik dan taktis tentang aksi tanggap bencana baik di darat hingga air.
“Kami tidak mengharapkan ada bencana, tapi kesiapsiagaan dan kewaspadaan wajib dilakukan. Ini salah satu alasan kami menyiapkan relawan yang siap diterjunkan kapan saja. Ini misi kemanusiaan,” ujarnya.
Kegiatan tersebut merupakan terobosan pertama yang dilakukan partai NasDem. Terlebih juga atas intruksi Ketum NasDem Surya Paloh agar NasDem bisa semakin dekat dengan masyarakat.
“Pelatihan ini bukan terkait simulasi saja, melainkan semacam praktek langsung saat terjadi bencana. Sehingga, mengetahui bagaimana cara assesment dan evakuasi. Apalagi, saat malam hari, kita juga diterpa badai angin kencang. Jadi, latihan sekaligus praktek,” imbuhnya.
Menurut dia, selama ini jika terjadi bencana maka tim dari NasDem Jatim turun ke lokasi, namun diakuinya belum memiliki kepemahaman terkait rescue atau penyelematan secara mendalam.
Dari pelatihan tersebut, kata Deny, diharapkan relawan semakin memiliki kemampuan dan teknis-teknis sesuai standar penyelamatan.
Sementara salah satu peserta berasal dari Kabupaten Jember, Helmy Samrudiansyah mengaku merasa benar-benar dituntut menjadi petugas Baret yang profesional. Sebab, pelatihan Diklatsar cukup berat bagi dia dan rekan-rekannya. Namun disisi lain, dirinya mengakui jika taktik dalam pertolongan rescue sangat dibutuhkan baik untuk kelompok maupun individu.
“Alhamdulillah, tadinya kita pemuda garda Nasdem yang sangat lemah dalam manajemen dan kekompakan. Selama enam hari di sini, telah terbentuk jiwa korsa, jiwa persatuan, dan memiliki wawasan kebangsaan, wawasan kenasdeman. Sehingga, kami memiliki jiwa kemanusiaan yang siap menolong orang,” katanya.
Selain materi penyelamatan, banyak kesan yang didapatkan selama empat hari menjalani diklat tersebut. Mulai dengan penguatan mental, hingga memahami karakter teman.
“Awalnya, pada hari pertama sampai hari ketiga, kami merasa dongkol karena kami disuruh-suruh, dibentak-bentak, dan dimarahi. Tapi, semakin lama kami semakin sadar bahwa kemanusiaan itu butuh mental, disiplin dan sikap yang kuat untuk bisa mengatasi segala apapun medannya,” jelasnya.
Sementara koordinator pelatihan BASARNAS, Brian Gautama mengaku pihaknya sangat menyambut baik upaya NasDem untuk ikut serta berpartisipasi dalam aksi tanggap bencana.
“Kami pun juga merasa terbantu sekali. Ketika ada informasi pertama dalam sebuah kejadian, bahwa rekan-rekan baret rescue ini dapat menjadi pioner-pioner pertama di lapangan,” sambungnya.
Peserta dibekali pemahaman berbagai materi seperti Medical First Responder (MFR) atau cara memberi pertolongan pertama pada korban, lalu Water Rescue yakni penyelamatan di permukaan air.
“Inikan juga pelatihan dasar pertolongan pertama. Nah, ketika ada kecelakaan, mereka sudah siap dengan pertolongan apa yang harus dilakukan. Kemudian bisa menyampaikan informasi secara detail, sehingga kami atau tim bisa membawa peralatan apa yang nanti dibutuhkan ketika datang ke lokasi kejadian,” lanjutnya.
Selain itu, juga ada materi High Angle Rescue Technique (HART) yang melatih bagaimana menolong korban melalui dinding gedung atau tebing, termasuk pelatihan untuk memperkuat fisik serta mental.
Tidak dipungkiri, lanjutnya, sejauh ini ketika terjadi bencana, banyak muncul tenaga sukarela terjun ke lokasi. Sayangnya, terkadang diantaranya ada yang tidak tahu apa yang harus dilakukannya, sehingga justru malah membebani.
“Artinya begini, sebelum bisa menolong orang, kita harus bisa menolong diri sendiri. Jangan sampai kita mau menolong, malah ikut terjebak menjadi korban,” tandasnya.
Dari pembekalan materi tersebut, pihaknya berharap Baret Rescue mampu berkolaborasi dengan Tim SAR dalam aksi penyelamatan tanggap bencana.
“Tentunya ketika kami melepaskan kepercayaan kepada potensi-potensi yang sudah terlatih ini, kami akan merasa lebih nyaman dan tidak was-was lagi. Artinya, potensi-potensi baret rescue ini sudah sesuai dengan prosedur,” tukas Brian, sapaan akrabnya.
Brian menyebut, pelatihan selama 10 hari tersebut terdiri dari dua macam sesi, mulai materi ruangan hingga lapangan. Ia juga menyebut jika materi-materi yang disampaikan merupakan materi-materi dasar yang bisa dimanfaatkan Baret Rescue untuk bekerja secara taktis.
Materi-materi rescue itu diantaranya penyelamatan dari ketinggian, penyelamatan darat, hingga penyelamatan air, hingga penyelamatan di dasar air.(Yul)