Pasca Putusan MK, Komisi II Evaluasi Skema Pemilu Terpisah

  • Whatsapp
Wakil Ketua Komisi II DPR RI Aria Bima kepada pers menjelaskan akan evaluasi sistem Pemilu terpisah pasca putusan MK (foto: istimewa)

Jakarta, beritalima.com|– Wakil Ketua Komisi II DPR RI Aria Bima menyatakan pihaknya masih terus menyerap aspirasi publik dan melakukan simulasi dan evaluasi menyusul putusan terbaru Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai pemisahan antara pemilu nasional dan pemilu daerah dengan jeda waktu 2 hingga 2,5 tahun.

“Komisi II DPR RI terus melakukan belanja informasi dari berbagai kalangan seperti cendekiawan, budayawan, rohaniawan, politisi, hingga akademisi, baik dari dalam maupun luar kampus. Ini untuk mengevaluasi pelaksanaan Pemilu sebelumnya, baik Pilpres, Pileg, maupun Pilkada yang bahkan hingga kini belum seluruhnya selesai,” ujar Aria Bima Jakarta (30/6).

ArIa menyebutkan bahwa setiap lima tahun sekali, Komisi II selalu mengevaluasi peraturan perundang-undangan terkait pemilu sebagai bagian dari penyempurnaan demokrasi nasional. Evaluasi bisa bermuara pada perubahan, penambahan, maupun amandemen Undang-Undang Pemilu.

“Demokrasi memang tidak bisa langsung sempurna, tapi harus terus diperbaiki dari satu pemilu ke pemilu berikutnya,” jelas Politisi dari Fraksi PDI-Perjuangan. Menanggapi dinamika putusan MK, Aria mengungkapkan, Komisi II DPR RI tengah mengkaji model pemisahan pemilu secara horizontal dan vertikal.

“Pemisahan secara horizontal misalnya, membagi antara pemilu eksekutif dan legislatif. Pemilu eksekutif bisa dilakukan serentak mencakup pemilihan Presiden-Wakil Presiden dan Pilkada Provinsi serta Kabupaten/Kota. Sedangkan pemilu legislatif meliputi pemilihan DPR, DPD, dan DPRD, dilakukan dalam waktu yang juga serentak tapi berbeda tahunnya,” terang legislator asal Daerah Pemilihan Jawa Tengah V tersebut.

Sementara itu, lanjutnya, dalam pemisahan secara vertikal, pemilu tingkat pusat seperti Pilpres, DPR RI, dan DPD dilakukan serentak terlebih dahulu, disusul pemilu daerah mencakup Pilkada serta DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota di waktu yang berbeda.

“Kami terus mengkaji mana skema yang paling tepat dan paling realistis. Karena pengalaman kemarin, tumpang tindih antara Pilkada dengan Pileg dan Pilpres menghasilkan ekses yang cukup besar, bahkan muncul istilah Pilkada rasa Pilpres. Dampak kemenangan di Pilpres pun turut memengaruhi koalisi politik dalam Pilkada,” papar Aria.

Jurnalis: Rendy/Abri

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait