BANYUWANGI, beritalima.com – Ramadhan 1439 Hijriyah telah memasuki hari keempat. Umat muslim yang menjalankan ibadah puasa wajib setahun sekali mulai tenang. Teror bom yang sempat mengguncang Surabaya dan Riau jelang puasa berangsur redup. Namun aparat tetap melakukan siaga satu, khususnya di lokasi ibadah non muslim.
Sepanjang Sabtu sore sampai Minggu pagi (19-20 Mei 2018), aparat Polres Banyuwangi melakukan pengamanan di sejumlah gereja yang digunakan penganut Katolik dan Kristen untuk melakukan kebaktian. Bahkan Klenteng Hoo Tong Bio di Kelurahan Karangrejo yang merupakan sarana ibadah penganut Konghucu juga dijaga.
Pengamanan terlihat di jalan, pintu masuk dan area rumah ibadah. Seterilisasi pun dilakukan secara berlapis. Di jalan, angkutan umum yang berhenti di depan gereja diperiksa menggunakan metal detector dan personil K-9 atau anjing pelacak. Setelah dianggap bersih dari benda mencurigakan, angkot itu dipersilahkan melanjutkan perjalanan.
Begitupun dengan kendaraan pribadi jemaat gereja. Seterilisasi wajib dilaksanakan bagi kendaraan maupun umat yang datang untuk melakukan peribadatan. Barang bawaan jemaat juga diperiksa oleh personil Satuan Sabhara Polres Banyuwangi yang bertugas dilengkapi rompi anti peluru. Setelah dirasa aman baru dipersilahkan memasuki area rumah ibadah.
Di bagian dalam gereja, pemandu anjing pelacak terus mengikuti arah personil K-9 untuk mengendus benda mencurigakan di bagian kursi jemaat sampai altar. Pemeriksaan diikuti petugas yang membawa alat metal detector. Begitu clear peribadatan baru boleh dilaksanakan.
Proses pengamanan dan seterilisasi gereja, kata AKP Basori Alwi, biasanya digelar minimal setengah jam sebelum jadwal peribadatan dilakukan. Langkah ini dijalankan sebagai bentuk antisipasi aparat dari rangkaian aksi teror bom yang kerap menyasar rumah ibadah kalangan non muslim.
“Rumah ibadahnya supaya aman, jemaat yang kebaktian juga tenang. Misinya cuma dua itu karena umat non muslim butuh kelancaran dalam beribadah. Mereka merupakan penganut agama yang dilindungi UUD 1945,” terangnya, Minggu (20/5/2018) pagi.
Pola pengamanan yang sama berlaku di rumah ibadah yang ada di Banyuwangi. Di ujung timur Jawa ini berkembang 6 agama plus aliran kepercayaan seperti diatur oleh negara. Semuanya saling hidup berdampingan dan menghargai satu sama lain. Kapolres Banyuwangi AKBP Donny Adityawarman SIK meyakini Tanah Blambangan memang layak menjadi contoh toleransi.
“Semua agama di sini ada, tapi tokoh-tokohnya kompak dan saling menghargai. Saat bom mengguncang Surabaya para tokoh agama langsung berkumpul menyatakan sikap menolak dan melawan terorisme,” ungkapnya.
Ramadhan adalah Bulan Suci dan penuh ampunan. Namun tidak mudah untuk menunaikan puasa dengan durasi satu bulan. Godaan dari menahan lapar serta rasa haus terasa mudah ditunaikan. Tapi menahan nafsu angkara butuh perjuangan hati yang kuat. Termasuk tidak melakukan teror yang meresahkan umat lain yang tak seiman. Kasihan pula Polri dan TNI yang terus siaga satu ditengah menjalankan ibadah tahunan, Ramadhan. (Abi)