Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Agung Risdhianto, M.B.A., diwakili Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa selaku Komandan Latihan didampingi Director Of Special Operations Division Counter Terrorism Operations Center (CTOC) Colonel Voradorn Vorakitti Dechakorn, memimpin upacara pembukaan Latihan Bersama antara Pasukan Operasi Khusus TNI dengan Pasukan CTOC Royal Thai Armed Force (RTAF), dengan sandi KRIS-I 2016, bertempat di Lapangan Upacara Stand By Force, PMPP TNI, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jum’at (11/11/2016).
Pasukan Operasi Khusus TNI dan RTAF Latihan Bersama Penanggulangan Terorisme
Asops Panglima TNI Mayjen TNI Agung Risdhianto, M.B.A dalam amanatnya yang dibacakan Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa mengatakan bahwa, masyarakat dunia sedang menghadapi permasalahan serius tentang keamanan terkait dengan aksi terorisme. “Aksi ini telah menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi eksistensi sebuah Negara, dan upaya penyebaran ideologi mereka yang berorientasi kepada penanaman pengaruh terhadap para simpatisannya, perlu penanganan yang menyeluruh,” katanya.
Lebih lanjut Asops Panglima TNI menyampaikan bahwa, melalui latihan bersama antara TNI dengan RTAF, kedua Angkatan Bersenjata akan mewujudkan kebersamaan untuk dapat menciptakan ketrampilan pasukan khusus yang prima dan siap setiap saat. “Sinergitas antara TNI dan RTAF kali ini menandai adanya hubungan militer yang lebih baik antara kedua bangsa, dan interaksi yang terjalin antara prajurit kedua negara diharapkan dapat menciptakan semangat persaudaraan dan pertemanan yang sejati,” ujarnya.
Menurut Mayjen TNI Agung Risdhianto, sejarah persahabatan antara Indonesia dan Thailand telah terjalin sejak dahulu, Thailand adalah salah satu rekan terpenting bagi Indonesia di kawasan Asia Tenggara. “Latihan bersama ini merupakan sarana yang sangat baik dalam rangka meningkatkan hubungan kita, khususnya kerja sama militer bidang penanggulangan terorisme,” katanya.
Mengakhiri amanatnya, Asops Panglima TNI Mayjen TNI Agung Risdhianto, M.B.A., mengharapkan agar selama pelaksanaan latihan, kedua kesatuan khusus Indonesia dan Thailand dapat meningkatkan dan mengembangkan metode, strategi, teknik, taktik dan pendekatan dalam operasi penanggulangan terorisme.
“Sasaran latihan tersebut adalah sarana untuk meningkatkan interoperabilitas kedua kesatuan khusus dalam menghadapi dan menumpas aksi terorisme bersama, serta hubungan persaudaraan kedua kesatuan khusus makin erat dan menjadi katalisator dalam mencapai tujuan latihan dengan sukses,” pungkasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Komandan Kontingen Thailand Colonel Voradorn Vorakitti Dechakorn mengatakan antara lain bahwa, seiring dengan meningkatnya kualitas ancaman terorisme dewasa ini, maka satuan-satuan penanggulangan teror di seluruh dunia, khususnya Indonesia telah menjalin hubungan erat, dalam bentuk latihan yang direncanakan, disiapkan dan dilaksanakan secara detail dan berkelanjutan. “Apabila terjadi ancaman terorisme yang mengancam kedaulatan dan melibatkan kepentingan kedua belah pihak, maka satuan-satuan penanggulangan teror di kedua negara dapat dikerahkan dengan cepat dan bekerjasama dengan baik,” ujarnya.
“Dengan terselenggaranya Latma KRIS-I 2016 ini, diharapkan menjadi momentum yang baik bagi kedua negara, untuk menyelenggarakan latihan bersama yang berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya,” kata Colonel Voradorn Vorakitti Dechakorn.
Latma KRIS-1 2016 dengan tema “Penanggulangan Terorisme” akan dilaksanakan mulai tanggal 11 sd 18 November 2016, dan merupakan kali pertama bagi Pasukan Khusus TNI dan RTAF, dengan melibatkan unsur Pasukan Operasi Khusus TNI meliputi Satuan-81 Korps Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD, Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL dan Satuan Bravo ‘90 Korpaskhas TNI AU, serta CTOC Royal Thai Armed Force.
Adapun tujuan latihan adalah untuk meningkatkan kerja sama, interoperabilitas dan kesepahaman pasukan TNI dengan RTAF CTOC di dalam menanggulangi aksi terorisme yang melibatkan kedua Negara, dengan materi latihan meliputi Subject Matter Expert Exchange (SMEE) dan Table Top Exercise (TTX) serta Manuver Lapangan.
Materi latihan SMEE, diantaranya analisa skenario latihan termasuk analisa dan Standar Operating Procedure (SOP); pengembangan skenario dan analisa kekuatan kawan dalam pelaksanaan latihan. Sedangkan materi latihan TTX meliputi perumusan; penganalisaan dan olah yudha cara bertindak; pengambilan keputusan cara bertindak yang terbaik; merumuskan bersama konsep umum operasi; pengujian rencana penanggulangan teror gabungan melalui metoda TTX; dan pelaksanaan komando dan kendali taktis.
Sedangkan Manuver Lapangan meliputi Field Integration Training (FIT) dan Full Mission Profile (FMP). Materi Manuver Lapangan secara teknis diantaranya, mobilisasi udara; fast roping; rapelling; method of entry; penembak runduk dan explosive ordonance disposal (penjinak bahan peledak. Secara taktis diantaranya, pembebasan sandera di gedung; raid penghancuran; perebutan cepat; patrol pengintaian jarak jauh; penyekatan dan evakuasi sandera.
Materail yang digunakan dalam Latma KRIS-1 diantaranya Combat Shirt; Overall; Senjata MP-5, Shotgun, AX-338; Amunisi Bahan Peledak; Alat Optik; Alat Komunikasi berupa Handy Talkie dan Repeater; Alat Perlengkapan Fast Roping dan Rapelling; Peta (Ciawi 37/XVIII-A); GPS, Kompas dan Navigasi; serta alat perlengkapan perorangan lainnya.
Sementara, Alutsista yang dikerahkan meliputi 1 (satu) unit Helly Super Puma; Kendaraan Taktis diantaranya, 2 (dua) Bus Master; 3 (tiga) Kendaraan Hilux; 1 (satu) Kendaraan Tangga; 1 (satu) Kendaraan Penjinak Bahan Peledak; 3 (tiga) Unit Truk; 1 (satu) Unit Ambulance dan 3 (tiga) Unit Motor. Jumlah pelaku yang terlibat sebanyak 87 orang, terdiri dari 44 Pasukan Anti Teror TNI dan 43 Pasukan CTOC Royal Thai Armed Forces serta melibatkan 78 personel TNI sebagai pendukung.
Hadir pada upacara pembukaan Latma KRIS-I adalah Brigjen TNI Saptono Adji, Brigjen TNI Edison Simanjuntak, Paban VII/Latma Sops TNI Kolonel Inf Achmad Budi Handoyo dan para pejabat Mabes TNI, TNI AD , TNI AL dan TNI AU.