Diduga pelaku perburuan penyu ini melibatkan nelayan luar Banyuwangi. Hasil penelusuran petugas ada indikasi penyu yang ditangkap dijual di sejumlah restoran di Pulau Dewata. Pasalnya, daging biota laut yang satu ini memang sangat digemari turis asing. Sementara di Bumi Blambangan restoran yang menyediakan daging penyu sebagai santapan belum pernah terdengar.Irfan Ismadi Putra, pegiat wisata bahari Bangsringboat, mengimbau para nelayan agar turun membantu menyelamatkan penyu dari perburuan. Soalnya hewan laut yang satu ini dilindungi habitatnya oleh undang-undang.
“Kita minta para nelayan dan teman-teman Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Gemuruh Muncar turut memantau kegiatan kapal kayu bermesin
40-60 PK atau perahu bermesin disel yang beraktivias di sekitaran Perairan Kapal Pecah. Apabila mereka melakukan penangkapan penyu mohon segera melapor ke Pos Polair Muncar atau petugas Taman Nasional Alas Purwo (TNAP),” sarannya usai mengikuti patroli bersama petugas Penegakkan Hukum (Gakkum) Satpolair Polres Banyuwangi.
Menurut Irfan, cara ini merupakan langkah kongkrit untuk menangkal penyu dari perburuan liar. Perairan kawasan selatan Banyuwangi menjadi incaran karena ada beberapa jenis penyu yang menjadikan kawasan ini sebagai tempat bersarang dan bertelur.
“Penyu merupakan salah satu biota laut yang menjadi ikon Banyuwangi. Turis asing banyak berkunjung ke Bumi Blambangan salah satunya ingin melihat penyu di Sukamade, Pesanggaran,” tegasnya.
Temuan ini dibenarkan Kasatpolair AKP Subandi. Polair yang memiliki kewenangan penindakkan di kawasan perairan secara rutin melakukan patroli di perairan selatan Banyuwangi. Tidak hanya penyu, Satpolair juga kerap memeriksa sejumlah kapal yang menangkap ikan di sana.
“Dua penyu yang mati itu berada di kawasan pesisir. Berhubung masuk wilayah daratan maka zona penanganannya masuk TNAP. Kebetulan kawasan tempat penyu terikat juga masuk kawasan taman nasional. Kita sudah berupaya melakukan koordinasi mengenai temuan ini dengan TNAP,” ungkap AKP Subandi.(Abi)