SITUBONDO, Beritalima.com – Jejak – jejak peninggalan dimasa kolonial yang banyak terabaikan di Kabupaten Situbondo dan masih belum terdaftar sebagai cagar budaya, mulai dilakukan pendataan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB). Rabu (9/8).
“Kedatangan Kami hanya Survei atau pendataan awal untuk melakukan inventarisasi terhadap obyek dijaman kolonial yang diduga masuk sebagai cagar budaya di Situbondo, Pendataan ini sendiri merupakan langkah awal pelestarian dari sebuah cagar budaya,” Ucap Ahmad Kholif perwakilan dari BPCB.
Selama dua hari PBCB melakukan Survei terindikasi sekitar 10 bangunan jaman kolonial yang terindikasi cagar Budaya, menurut kholif hasil survei tersebut nantinya akan diserahkan ke tim ahli kabupaten jika ada untuk di lakukan kajian.
“Sesuai UU no 11 tahun 2010 kewenangan cagar budaya ada pada daerah, Kita serahkan hasil data hari ini untuk dijadikan kajian untuk ditetapkan sebagai cagar Budaya, sebelum ada penetapan dari tim ahli, maka belum bisa disebut cagar Budaya,” Jelasnya.
Saat di singgung mengenai Gedung karesidenan Besuki, Kholif mengaku BPCB hanya bisa sebatas moderator apabila ada sebuah Bangunan yang masih bersengketa,”Itu kewenangan tetap ada di daerah, Pantauan dari kacamata saya pribadi dalam menilai tingkat kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan benda miliknya yang masuk kategori cagar budaya masih rendah,”Imbuh kholif.
Humas LSM Wirabhumi Agus Sodu yang mendampingi tim BPCB mengatakan kedatangan tim BPCB ke Situbondo merupakan langkah awal yang baik untuk pelestarian cagar Budaya di Situbondo yang selama belum terdatakan yang secara resmi tercatat di kabupaten maupun pusat.
“Yang terkenal hingga keluar negeri itu adalah nama Panaroecan, dengan kedatangan tim BPCB ini, kami sebagai lembaga swadaya masyarakat tentu aian membantu apapun yang dibutuhkan agar terealisasi semua cagar Budaya di Situbondo unruk terdaftar hingga kita punya kebanggaan tersendiri untuk anak cucu kita nantinya,” Tukas Agus.
Tim BPCB dengan dipandu oleh LSM Wirabhumi dalam agendanya hari ini di panarukan usai Asembagus dan Besuki, mendatangi beberaoa peninggakan kolonial belanda dan portugis mulai Pelabuhan Panarukan atau banyak di kensl Jakarta Loyd, pemakaman, tugu Portugis, Benteng di duga dibangun oleh belanda di pinggiran sungai Sampeyan desa Kilensari, dilanjutkan bersilaturahmi ke keturunan indo – Belanda yang diduga banyak mengetahui sejarah di panarukan terutama titik Nol 1000 km jalan Daendels Ayer – Panarukan.(Joe)