Pejuang Kesehatan Covid-19, antara Pengabdian dan Keluarga

  • Whatsapp

TERNATE, beritaLima.com – Tak bisa tergantikan dengan apapun, perjuangan para tenaga medis menangani pasien Covid-19. Banyak dari mereka sudah berkorban bahkan ikut jadi korban nyawa karena terinfeksi Virus Corona atau Covid-19. Banyak juga dari para dokter dan perawat yang tidak bisa pulang ke rumah untuk bertemu sanak keluarga hal ini untuk mencegah terjadinya penularan.

Kisah Erma Kadir, Perawat pada Rumah Sakit RSUD DR. H. Chasan Boesoirie Ternate Jl. Cempaka, Tanah Tinggi Barat Ternate Selatan Kota Ternate, Maluku Utara adalah satu dari sekian banyak perawat yang harus berperan ganda. Para perawat  selain menjadi pejuang kesehatan, mereka tentu harus berbagi kasih dengan keluarga.  Apalagi seorang perawat  perempuan, sebagai ibu yang harus memberikan perhatian bagi anak-anak mereka di rumah.

“Alhamdulillah, Allah masih melindungi dan memudahkan apa yang menjadi tugas kami. di RSUD DR. Chasan Boesoirie  Ternate ini, resminya masih kerja 8 jam kadang lebih (9 jam) tergantung kondisi pasien,” kata Ema, Sabtu (31/10).

Perawat Erma salah satu yang beruntung karena masih bisa pulang ke rumah bertemu dengan anak-anaknya. Apa boleh buat, sebab anak ketiga masih menyusu. Sehingga sebagai ibu, dirinya wajib mencurahkan cinta untuk buah hatinya.

“Alhamdulillah, saya masih ketemu anak-anak. Dan tidak ada pilihan juga soalnya. Anak saya yang ketiga masih menyusui, plus tidak  ada pembantu yang bantu. Jadi tidak mungkin saya tidak pulang,” paparnya.

Meski begitu Ema sapaan akrabnya tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat. Sebelum pulang ke rumah, dia harus mandi dulu di RS. Sesampainya di rumah juga juga langsung mandi lagi. Baju semua direndam dan barang-barang hingga sepatu disemprot desinfektan.

“Saya hanya bisa berdoa, dengan saya berusaha menolong orang lain, dengan saya menolong orang lain semoga Allah melindungi keluarga saya,” tuturnya.

Menurut Erma, memang banyak rekan sejawatnya yang sampai terpaksa tak pulang ke rumah. Dan menitipkan anak-anaknya ke kampung halaman kakek neneknya.

Ada cerita pilu Erma ada “Teman sejawat yang sampai menangis karena sudah beberapa tidak ketemu keluarganya. Saya masih beruntung, karena saat ketemu dengan anak-anak benar-benar ngobatin capek dari RS,” katanya.

Tantangan pasti tetap ada. Sebagai perawat yang harus berjibaku langsung menangani pasien Covid-19, Erma tak punya waktu banyak untuk mendampingi tugas-tugas sekolah anaknya. Untungnya dari pihak sekolah ada kebijakan tersendiri  akan hal itu.

“Paling yang jadi masalah buat saya karena tugas sekolah anak tidak kelar-kelar. Dan target sudah ketinggalan jauh dari sekolah. Namun dari pihak sekolah memaklumi,” ungkapnya.

Dirinya juga selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap setiap hari. Selama 8-9 jam di RS rata-rata memakai APD paling 4-6 jam sehari. Itu juga tak terus menerus.

Perjuangan seorang perawat Erma belum usai. Sebab pasien masih berpeluang terus bertambah setiap hari. Baik mereka yang positif ataupun yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP).  Namun panggilan jiwa sebagai seorang perawat membuatnya semakin teguh untuk tetap menolong pasien sebagai pejuang kesehatan.

Apalagi dengan momentum Pilkada sekarang ini tahun 2020, sangat berpeluang besar akan muncul classter baru dan terjadi lonjakan pasien Covid-19. Semoga kita semua dalam lindungan Allah Swt dan jangan lupa selalu patuhi protokol kesehatan dengan terapkan 3M : Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci tanggan, ajak ema.(rdy)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait