JAKARTA, beritalima.com | Puluhan prototipe solusi Internet of Things (IoT) berhasil tercipta dari tangan para pelajar madrasah peserta program inkubasi Akademi Madrasah Digital 4.0.
“Di bawah bimbingan XL Axiata dan Kementerian Agama (Kemenag), inkubasi selama 7 bulan tersebut juga telah menanamkan pengetahuan dan keahlian kepada para pelajar mengenai pemanfaatan teknologi digital yang bisa dimanfaatkan untuk menjawab problem sosial di masyarakat serta meningkatkan produktivitas dunia usaha.
“Melalui program ini para pelajar mendapatkan materi dari para ahli mengenai dinamika industri sesuai yang ada saat ini, dimana pemanfaatan teknologi digital semakin luas di berbagai bidang,” kata Group Head Corporate Communication XL Axiata, Tri Wahyuningsih, Jumat (5/2/2021).
“Mereka juga mendapatkan bimbingan tentang bagaimana menelurkan ide, mendesain suatu perangkat, hingga pengetahuan dasar teknik perancangan IoT,” lanjut Tri Wahyuningsih.
Tri Wahyuningsih menambahkan, inkubasi ini dilaksanakan sejak Juli 2020, diikuti 110 pelajar dari 22 Madrasah Aliyah. Para pengajar merupakan ahli dari Laboratorium IoT X-Camp milik XL Axiata.
Guna menyesuaikan dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, program ini dilaksanakan secara daring. Para peserta mengikuti dari rumah atau sekolah yang tersebar di 22 kota/kabupaten di 10 provinsi.
Direktur Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah,. A. Umar, menyebut program Akademi Madrasah Digital adalah bentuk respon untuk melakukan proses transformasi digital di madrasah.
Hadirnya program ini menjadi momentum bagi siswa-siswi madrasah untuk unjuk kemampuan di Bidang Teknologi. Konsep pembelajaran yang diberikan melalui Akademi Madrasah Digital, soft skill dan pendampingan pengembangan prototipe.
Sebelumnya ada lebih dari 1.300 peserta dari 250 Madrasah Aliyah yang mengirimkan makalah tentang IoT. Seleksi dilakukan untuk mengetahui tingkat keseriusan peserta, aspek originalitas, dan seberapa realistis ide-idenya dapat diwujudkan.
Dari semua karya akhirnya terpilih tiga terbaik, yaitu solusi IoT bernama “Skyrone” untuk pemantauan lahan jagung, karya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia dari Tanah Laut, Kalimantan Selatan, meraih predikatThe Most Innovative.
Selanjutnya, “Mustech” sebagai solusi monitoring suhu dan kelembaban jamur tiram karya MAN 2 Majalengka, sebagai The Most Marketable. Terakhir, “Aquiots” berupa solusi sistem aquatiponik bagi urban farming, karya MA Darussalam Jombang sebagai The Most Applicable.
Selain itu juga terpilih dua solusi terbaik yang mendapatkan predikat Top Contender, yaitu “E-Clear” untuk monitoring dan pemilahan sampah menggunakan teknologi machine learning, karya MAN 2 Nganjuk, dan “Medi Gate”, solusi untuk membantu pembatasan jumlah pengunjung di suatu tempat guna mencegah penyebaran Covid-19, karya MAN 2 Kudus.
Ketiga pemenang kategori terbaik berhak mendapatkan hadiah uang tunai masing-masing Rp 15 juta. Dan ntuk dua pemenang Top Contender masing-masing mendapatkan uang tunai Rp 10 juta. Selain itu semunya mendapat modem serta paket data XL sebesar 20 GB selama 1 tahun.
Bagi 17 kelompok peserta lainnya tetap akan memiliki kesempatan meraih predikat The Most Attractive Idea untuk 5 kelompok, yang masing-masing akan mendapat hadiah Rp 5 juta dan tambahan yang sama. (Ganefo)
Teks Foto: Siswa-siswi Madrasah bersama hasil prototipe solusi IoT yang mereka buat saat pengumuman pemenang program Akademi Madrasah Digital secara online di Jakarta pekan lalu.