Pelantikan Assyari; Lembaran Buram Pendidikan di Sumenep

  • Whatsapp

Dunia pendidikan di Kabupaten Sumenep kali ini mengalami petaka yang sangat besar. Beberapa kalangan, termasuk pengelola lembaga swasta seperti SMP/MTs, SMA/SMK, dan PT menyayangkan dengan dilantiknya Assyari, S.Pd., M.Pd pada 27 Desember 2016 kemarin sebagai Kepala Cabang Dinas Wilayah Kabupaten Sumenep Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur (Cabang Dinas). Meskipun area kekuasaan birokrasi Assyari hanya SMA dan SMK di wilayah Sumenep, tetapi gaung sesalnya dirasakan banyak pihak.

“Assyari tidak layak menduduki jabatan itu,” begitu komentar singkat pengurus PGRI Sumenep menanggapi dilantiknya Assyari sebagai Kepala Cabang Dinas. Komentar sesal tentang dilantiknya Assyari juga datang dari beberapa Pengurus Cabang PGRI Kecamatan. Menurutnya, Assyari tidak memiliki sense of moral yang baik untuk menduduki jabatan itu. Meskipun Assyari sebagai Sekretaris PGRI Kabupaten, merka menyayangkan jabatan itu diduki Assyari.

Penolakan berbagai pihak terhadap Assyari sebagai Kepala Cabang Dinas bukan hanya datang dari kalangan swasta atau nondinas. Tapi kalangan ‘dalam’ sendiri, seperti Pengawas Dikmen, teman sejawatnya, tidak semuanya sepakat jika Assyari tiba-tiba menjadi Kepala Cabang Dinas. “Toch dia tidak memiliki reputasi baik ketika menjadi Pengawas SMA/SMK,” beberapa orang Pengawas Dikmen, yang enggan disebut namanya, bersamaan mengomentari hal tersebut. “Akan dikoyak-moyak seperti apa SMA dan SMK nantinya,” seorang Pengawa Dikmen berkomentar.

Sikap sesal juga dikeluhkan oleh beberapa pemerhati pendidikan. “Apakah tidak ada PNS lain yang lebih layak?” begitu komentar Hasan, sosok yang gencar mengamati perkembangan pendidikan di Sumenep. “Akan jadi apa SMA dan SMK di Sumenep kalau Assyari yang menjadi Kepala Cabang Dinas.”

Untuk melengkapi data ‘penolakan’ Assyari, media ini menghubungi berbagai pihak. Beberapa orang mantan Pengurus YPLP PGRI, yayasan yang pernah mewadahi sekolah tempat Assyari sebagai Kepala Sekolah juga ikut menyayangkan. “Belum waktunya-lah.. perlu sering ke masjid dulu,” begitu seloroh mantan Pengurus YPLP PGRI Sumenep. Bahkan, guru-guru di SMA PGRI, tempat Assyari mengabdi sebagai kepala sekolah, juga menyayangkan pelantikan Assyari sebagai Kepala Cabang Dinas, mewakili Dinas Provinsi Jawa Timur di Sumenep.

Diusulkan PGRI

Media ini semakin tertarik menyingkap masalah di balik sesal atas pelantikan Assyari. Usut punya usut, ternyata pengusulan Assyari dilakukan oleh PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), organisasi yang mewadahi guru. Konon, sebagaimana diceritakan Assyari di berbagai kesempatan, Assyari diusulkan PGRI Sumenep untuk mendapatkan rekomendasi Bupati Sumenep. H. Nurul hamzah, Ketua PGRI Sumenep, memperjuangkan Assyari agar mendapatkan rekomendasi Bupati Sumenep untuk melaju meniti karier sebagai Kepala Cabang Dinas.

Bukan hanya berjuang untuk mendapatkan rekomendasi Bupati Sumenep. Nurul Hamzah juga memperjuangkan Assyari agar mendapatkan dukungan Ketua PGRI Provinsi. Dalam hal ini, Ketua PGRI Provinsi memperjuangkan jabatan Assyari ke Sekdaprof. “Ini cerita yang disampaikan Assyari di warunng-warung kopi, dengan lagak bangganya,” ujar seorang staf Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep.

“Ditaruh di mana nurani Pak Nono itu?” seorang staf Dinas berujar. Nono yang dimaksudkan di sini adalah panggilan H. Nurul Hamzah. “Kok Assyari yang diusulkan? Apa kader PGRI terbaik hanya Assyari?” Pertanyaan ini memang mengalir bagai bah. Seorang Assyari, yang konon bukan pegawai berprestasi, dan masuk kerja saja bisa dihitung dengan jari, tiba-tiba melesat menjadi Kepala Cabang Dinas.

Lain halnya dengan beberapa kalangan pendukung Busyro-Fauzi. “Bupati telah ditelikung Nurul-Assyari. Kiai Busyro sangat tahu, siapa Assyari. Bahkan Bupati pernah membincangkan kejahatan seksual dalam dunia pendidikan yang dilakukan Assyari. Eh, malah sekarang mendapatkan rekomendasi,” panjang lebar kasus Assyari dikuak. “Apa Pak Kiai yang bupati itu lupa tentang Assyari?” Leman mempertanyakan. “Atau ini kompensasi terhadap PGRI yang tidak berhasil mengangkat H. Nono menjadi Kadis Pendidikan?” Ini suara arus bawah, yang dipertanyakan banyak pihak.

Sayangnya, telepon seluler Ketua PGRI tidak bisa dihubungi. Ketika wartawan media ini mendatangi rumahnya, beliau sedang umroh. Termasuk Bupati Sumenep yang tidak ada di Sumenep. Ketika media ini mendatangi tempat kerja Bupati Sumenep, beliau sedang di luar negeri, seorang stafnya menjelaskan.

Aliansi Pemerhati Pendidikan Madura juga menyayangkan keputusan Bupati Sumenep, yang memberikan rekomendasi kepada Assyari. Mestinya, sebelum rekomendasi itu ditandatangani, Bupati harus membuka catatan masa lalu tentang calon pejabat yang akan diusulkan. Mereka yakin, Busyro Karim tidak lupa dengan kasus yang melilit Assyari beberapa waktu lalu. Dan, mestinya juga, siapa pun yang ‘mengemis’ rekomendasi tidak perlu digubris.

Organisasi yang menaungi Assyari, PGRI Kabupaten dan Provinsi, dinilai gegabah memperjuangkan jabatan Assyari. Pengurus kedua tingkatan PGRI itu dinilai tidak memiliki hatio nurani, dan mengecewakan anggota PGRI di Sumenep. Hal ini karena banyaknya penilaian ‘miring’ terhadap sikap Assyari selama ini.

Masuk Media Nasional

Nama Assyari dikenal banyak kalangan bukan karena sebagai Sekretaris PGRI Kabupaten Sumenep. Bukan juga karena sebagai PNS (guru) di SMAN Lenteng, yang merangkap sebagai Kepala SMA PGRI Sumenep. Dulu, menurut beberapa sumber yang dihimpun Beritalima, ia dikenal karena ulahnya yang suka menggangu isteri orang. Bahkan tidak sedikit mahasiswanya di STKIP PGRI Sumenep yang menjadi korban kenakalan seksnya.

Nama Assyari membahana, setelah ia dipukul oleh suami guru SMA PGRI. Diceritakan oleh beberapa pihak, Assyari mengencani guru SMA PGRI Sumenep, berinisial D. Bukan hanya sekali, menurut kesaksian guru SMA PGRI, Assyari mengencani anak buahnya, D berkali-kali. Tempatnya di Ruang Kepala Sekolah. Kasus itu yang membuat suami D tidak terima. Ia memukul Assyari di lain tempat, di luar sekolah. Dan sejak kasus itu pula, hampir setiap hari Assyari didemo oleh siswa SMA PGRI sendiri. Tuntutan mereka, Assyari dipecat dari SMA PGRI. Tuntutan pemecatan terhadap Assyari ditujukan kepada Pengurus YPLP, Yayasan yang menaungi SMA PGRI Sumenep. Ketika Beritalima menghubungi salah seorang guru SMA PGRI, ia membenarkan kasus itu.

“Assyari menjadi terkenal,” begitu komentar salah seorang mahasiswa STKIP PGRI Sumenep, tempat Assyari mengajar. Tuntutan Assyari segera mundur pun bermunculan. Kali ini datang dari mahasiswa STKIP yang meminta Assyari dipecat sebagai Wakil Ketua Bidang Akademik, sekaligus dikeluarkan sebagai dosen STKIP.

“Assyari memang benar-benar dipecat di kampus kami,” jelas salah seorang pejabat STKIP PGRI Sumenep. Sayangnya, pemecatan yang dilakukan STKIP PGRI Sumenep tidak diikuti oleh YPLP PGRI. Oleh karenanya, tuntutan pemecatan yang dilakukan siswa SMA PGRI semakin santer.

Tuntutan yang bertubi-tubi itu mengundang beberapa TV Swasta nasional memberitakan berkali-kali. Jadilah Assyari tokoh muda yang terkenal. Beberapa TV Swasta, RRI dan radio swasta, juga koran nasional dan lokal semakin santer memberitakan kasus Assyari. Bak artis, Assyari dikenal banyak pihak. Semua pemberitaan menyebutkan bahwa Assyari sebagai Kepala Sekolah Porno. Beberapa aktifis mahasiswa STKIP juga membenarkan kasus tersebut.

Semakin santernya gerakan pemecatan Assyari, dan demi kondusifnya SMA PGRI, Pengurus YPLP mengusulkan pemecatan Assyari sebagai Kepala SMA PGRI. Usulan itu ditujukan kepada YPLP Provinsi, yang tujuan suratnya juga ditembuskan kepada Ketua PGRI Provinsi Jawa Timur. Beberapa minggu kemudian turunlah SK Pemecatan Assyari sebagai Kepala SMA PGRI Sumenep.

“Herannya, kok malah Ketua PGRI Sumenep dan Ketua PGRI Provinsi sendiri yang ikut merekomendasikan pengusulan Assyari. Padahal Ichwan, Ketua PGRI Jawa Timur mengetahui dengan rinci kasus Assyari. Apalagi Nurul hamzah, Ketua PGRI Sumenep. Ada apa ini?” salah seorang mantan Pengurus PGRI Kabupaten Sumenep merasa heran. Ada yang menyebutkan, ada kekuatan tiga serangkai: Nurul, Ichwan dan Assyari yang membahayakan masa depan PGRI.

Stakeholder Pendidikan Sumenep mempertanyakan kesungguhan berbagai pihak untuk menjaga dunia pendidikan lebih bermartabat. Masih dipertannyakan kelanjutannya, masihkah Assyari dipertahankan menduduki jabatan Kepala Cabang Dinas? Mereka, orang-orang yang tahu kasus Assyari, berharap Bupati Sumenep, termasuk Ketua PGRI Jawa Timur ikut berusaha membatalkan SK Pelantikan itu.** (Red-Smp)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *