beritalima.com | Penyebaran virus Covid-19 semakin meluas sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk memberlakukan WFH atau Work From Home dan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. Kebijakan tersebut patut dipatuhi demi berperang melawan pandemi Covid-19 saat ini.
Aku menjadi salah satu orang yang menjalani program ini. Aku merasakan tidak sulit untuk menjalani aturan ini, bahkan aku merasakan senang bisa lebih bersantai di rumah sembari mengerjakan tugas-tugas kuliahku tanpa harus pergi ke kampus.
Namun, rasa bosan selama masa karantina dapat menyerang batin ku. Di tengah rasa bosan yang mulai datang, aku mulai mengobrol dengan kedua orang tua ku. Mereka pun berbagi keluh kesah saat mencari nafkah ketika pandemi Covid-19 menghampiri negeri ini.
Pergi bekerja ketika matahari pagi bersinar dan pulang saat hari mulai gelap kerap dilakukan kedua orang tua saat mencari penghasilan dari aplikasi ojek online. Berbeda dengan aku yang menikmati hidup dengan bersantai di rumah karena anjuran dari pemerintah dalam rangka mempercepat penanganan Covid-19.
Meskipun usia mereka sudah menginjak 50 tahun, tetapi semangat mereka patut diacungkan jempol. Jujur saja aku merasa sedih dengan pendapatan mereka yang kian menurun semenjak pandemi Covid-19 singgah di Indonesia.
Biasanya penghasilan mereka sehari bisa sampai 150 ribu hingga 200 ribuan, namun kini hanya 20 ribu sampai 30 ribuan saja. Bahkan mereka sering menghabiskan waktu di luar dan tidak mendapatkan orderan.
Semenjak aturan PSBB berlaku pengendara motor dilarang membonceng penumpang. Oleh karena itu mereka hanya menerima orderan untuk pengiriman barang dan makanan saja.
Ketika hendak bekerja mereka tampak tersenyum seakan-akan menyembunyikan rasa sedih betapa sulitnya bekerja saat pandemi Covid-19 melanda. Tugasku sekadar menjaga dan mengurusi ketiga adikku dirumah.
Aku pun bisa merasakan rasa lelah kedua orang tua ku ketika mereka pulang bekerja. Terlihat dari sinar wajah mereka yang sudah melemah, tetapi semangat mereka masih tinggi. Setiap perjuangan-perjuangan yang mereka lakukan membuktikan niat mereka begitu suci, rela banting tulang, tak kenal rasa capek, siang maupun malam menghabiskan waktu dengan satu visi misi bersama demi menghidupi anak-anaknya.
(Victor Johanes Hari Sabatino/Politeknik Negeri Jakarta).