JAKARTA, beritalima.com – Owner Yun Artified Community Art Center, Yince Djuwidja (63th) termotivasi untuk memfasilitasi kegiatan seni rupa di Indonesia agar dapat berkembang lebih baik. Dimana perkembangan seni rupa di Indonesia tentunya memerlukan penunjang sarana seni yang diperuntukan untuk umum seperti art center.
Yun Artified Community Art Center akan menjadi sebuah pusat kegiatan yang memiliki fasilitas ruang pameran, ruang workshop dan perpustakaan. Kegiatan yang saat ini sudah berjalan adalah art workshop seperti kelas Chinese Calligraphy, Chinese Ink Painting, Canvas Painting with oil acrylic, Clay – Sculpting dan Brush Pen Calligraphy.
Dikatakan Yince, selaku pendiri berharap dengan dibukanya Yun Artified Community Art Center ini akan memberi warna baru dalam mendukung kegiatan seni rupa di Indonesia. Yince pun menyatakan visi utama dibukanya Community Art Center ini adalah untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan apresiasi terhadap seni visual dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi komunitas seni rupa.
Sebelumnya Yince telah mendirikan Indonesia – China Art Association (ICAA) pada tahun 2013, sebuah orgsnisasi nirlaba berbasis keanggotaan, yang terdiri dari sejarawan seni, sarjana, kurator, kolektor, pendidik, dan penerbit seni yang mempromosikan dan mendukung kesenian Indonesia dan China.
“ICAA juga menjadi wadah penghubung antara Asosiasi Seni Indonesia dan Asosiasi Seni China dan di manca negara dalam sektor seni rupa,” tandas Yince kepada awak jurnalis yang hadir, Jum’at (18/1/2019) di Kediaman Yince Djuwidja, yang juga sebagai gallery.
Ditambahkan Yince, dalam setahun, Yun Artified Community Art Center akan mengadakan 2 – 3 kali pameran yang dikurasi oleh senior kurator seni rupa Indonesia ternama. Salah satu program yang dimiliki Yun Artified adalah Art Advisory yang akan memberi berbagai solusi seperti sistem penyimpanan karya seni yang benar.
“Mencocokan karya seni dengan ruangan, membangun database online untuk koleksi karya seni dan merekomendasikan karya seni sesuai budget melalui database yang terdiri oleh seniman establishe dan emerging,” imbuh Yince pada Grand Opening Yun Artified Community Art Center.
Sementara karya seni Yince pernah dikritisi oleh seorang kurator yang bernama Jim Supangkat, yaitu tidak sekedar meneruskan kedua tradisi yaitu kaligrafi dan seni lukis Tiongkok dengan mengikuti aturan – aturannya yang kemudian terjebak pada mannerism (perangai)). Yince tertarik secara khusus pada gejala artistik visual pada kedua tradisi ini hingga mendapat gelar MURI.
“Perhatian khusus ini membawanya ke upaya mencoba seni lukis barat. Ia menggunakan kepekaan yang sudah berkembang dalam lingkup seni menunjukan keragaman ungkapan. Disini muncul defenisi of art yang kemudian mempengaruhi pemikiran estetik dan perkembangan seni rupa,” tandas Jim. dedy mulyadi