SURABAYA, Beritalima.com|
Ajang pemilihan Puteri Indonesia 2022 baru saja usai. Namun, kompetisi tersebut masih menyisakan pertanyaan di benak masyarakat. Hal itu terkait dengan penggunaan bahasa Inggris yang mendominasi pada kontes tingkat nasional tersebut.
Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) Puji Karyanto SS MHum turut menanggapi persoalan tersebut. Menurutnya penggunaan bahasa Inggris dalam ajang Puteri Indonesia menjadi hal yang wajar. Pasalnya pemilihan tersebut menjadi bagian tidak terpisahkan dari ajang sejenis di tingkat dunia.
“Pemilihan Puteri Indonesia ini merupakan subordinasi dari kompetisi di tingkat dunia. Para pemenangnya dapat melaju ke level yang lebih tinggi, Miss Universe, misalnya. Segenap ketentuan yang ada pada pemilihan Puteri Indonesia mengikuti arahan panitia pusat pada skala internasional termasuk pemanfaatan dan penggunaan bahasa Inggris,” tutur Puji.
Finalis Perlu Pelajari Bahasa Inggris
Oleh karena sudah tergabung dalam aturan kontes di tingkat dunia, Puji menambahkan bahwa para finalis tetap penting untuk mempelajari bahasa Inggris. Tentu juga dengan mereka tidak melupakan penguasaan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Sehingga konsepnya adalah mengutamakan bahasa Indonesia, mempertahankan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing (bahasa Inggris).
“Jadi, pemilihan Puteri Indonesia ini tidak berkaitan dengan penghilangan identitas bahasa Indonesia. Karena, mereka adalah putri-putri terbaik dari seluruh provinsi di Indonesia. Tentu mereka telah melalui proses seleksi yang ketat dengan pembekalan-pembekalan. Termasuk peninjauan terhadap kemampuan berbahasa Indonesianya,” kata Puji.
Bukan hanya dari segi bahasa, lebih lanjut Puji mengatakan bahwa busana yang mereka kenakan juga mencerminkan budaya Indonesia. Sehingga masih ada banyak hal dari identitas ke-Indonesia-an yang dipertontonkan sehingga tetap tidak tercabut dari akar budaya bangsa.
“Pun juga sehubungan dengan profil pemuda Pancasila untuk berkomitmen menjaga bahasa tradisinya, mengutamakan bahasa nasional dan negaranya, dan menguasai bahasa internasional. Sehingga mereka menjadi generasi yang berkebhinekaan global,” papar Puji.
Finalis Tetap Menggunakan Bahasa Indonesia
Kendati bahasa Inggris tidak menjadi masalah, namun tetap ada salah satu finalis yang menggunakan bahasa Indonesia dalam pemilihan Puteri Indonesia 2022. Penggunaan tersebut diterapkan ketika menjawab pertanyaan juri. Puji mengatakan bahwa kriteria penilaian juri menjadi kunci.
“Bisa jadi memang sebelum masuk ke tahap karantina, semua peserta sudah betul menguasai bahasa Inggris. Sehingga tidak menjadi masalah ketika peserta menjawab pertanyaan tersebut dengan bahasa Indonesia. Jadi, kemampuan bahasa Inggris itu dapat mereka miliki, namun tidak menjadi masalah juga apabila tidak dipertontonkan ketika di panggung,” terang dosen yang pernah menjadi juri Duta Bahasa Jawa Timur tersebut.(Yul)