SUMENEP, beritaLima – Dalam rangka memperingati 1 Muharram 1439 Hijriyah dan Hari Jadi Kabupaten Sumenep ke -768 serta Hari Santri Nasional 22 Oktober 2017, Pemerintah Kabupaten Sumenep menggelar Istighasah, Haul Akbar dan Tasyakuran pada Rabu malam (25/ 10/ 2017) didepan Masjid Jamik Sumenep.
Atas nama Pemerintah Kabupaten Sumenep, saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung rangkaian peringatan bulan Muharram, Hari Santri Nasional dan Hari Jadi Kabupaten Sumenep tahun ini. “Tiada kesulitan dengan kebersamaan dan tiada kesuksesan tanpa pengorbanan”, Demikian disampaikan Bupati Sumenep, DR. KH. A. Busyro Karim dalam sambutannya pada acara Akbar tersebut.
Bupati menambahkan, Tadi juga telah dilaksanakan pembacaaan sholawat nariyah sebanyak 4.444 kali. Semoga, kita merasakan manfaatnya. “Doa adalah bentuk kepasrahan bahwa tidak ada sesuatu yang mampu menggerakkan selain atas izin Allah SWT”, imbuhnya.
Keputusan presiden nomer 22 tahun 2015 menetapkan tanggal 22 oktober sebagai hari santri. Keppres tersebut memberi pengakuan bahwa ulamadan santri memiliki peran besar dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankan NKRI serta mengisi kemerdekaan. Hal itu untuk mengingatkan bahwa republik ini didirikan bukan dengan gratis dan hadiah penjajah, melainkan perjuangan para pendahulu termasuk para santri.
“Berbeda periode, berbeda pula tantangannya. Namun, jika para santri menghibahkan pikiran, raga dan jiwanya untuk kemaslahatan bangsa, itulah jihad kebangsaan yang sesunguhnya. Ikhtiar untuk menapaki jalan sejarah yang lepas dari penjajahan masa kini berupa hedonisme, materialisme dan individualisme dengan produknya seperti kecanggihan teknologi, narkoba, radikalisme, terorismedan sebagainya”, tandas Bupati Busyro Karim.
Ditambahkan Bupati bahwa Kaum santri di sumenep harus menunjukkan eksistensinya, merawat NKRI dan meneguhkan aswaja. Sebab, 98 persen masyarakat sumenep adalah umat islam, dan mayoritas kaum santri yang memiliki 334 pondok pesantren, 1.162 mesjid dan 1.445 mushollah.
Para pemimpin sumenep terdahulu juga banyak dari kalangan santri, misalnya ada Bindara Saod atau Raden Tirtonegoro raja ke-29 Sumenep yang memimpin tahun 1750-1762. Bendoro saud keturunan dari pangeran Katandur cucu dari Sunan Kudus.
Ada pula cucu Bindara Saod yakni Sultan Abdurrahman. Ditengah kesibukannya sebagai raja sumenep, cucu Bindara Saod ini masih sempat untuk menyebarkan syariat islam. Perjuangannya tidak hanya seputar di lokasi kerajaan sumenep tempo dulu, melainkan juga mengembangkan islam hingga ke pulau dewata bali.
Trik penyebaran islam yang dipakai Sultan Abdurrahman ke bali, tidak ubahnya seperti bangsa arab, saat mengenalkan islam di bumi nusantara ini. Sultan abdurrahman juga membawa barang dagangan, untuk dijual kepada masyarakat di daerah yang dituju.
Sebelum Sultan Abdurrahman menyebarkan agama islam hingga ke bali, terlebih dahulu beliau menyebarkan syariat islam diwilayah kepulauan sumenep, seperti pulau Sepudi Dan Pulau Raas. Karena letak geografis, pulau Sepudi Dan Pulau Raas sangat dekat dengan pulau Bali.
“Seiring makin tuanya usia Kabupaten Sumenep, serta tuanya para pelaku pembangunan di daerah ini, mari kita ciptakan kesejukan di kabupaten sumenep dengan peran masing-masing. Dengan ikhtiar, kerja keras, kebersamaan saling menghargai peran masing-masing, dan doa dari para alim ulama serta segenap masyarakat, insya allah sumenep ini akan senantiasa aman, damai dan sejahtera dalam lindungan Allah SWT”, tandas Bupati Sumenep mengakhiri sambutannya.
Acara dihadiri Wakil Bupati Sumenep, KH. Miftahul Akhyar, Wakil Rois ‘am PBNU, Ketua DPRD Sumenep beserta anggota Forum Pimpinan Daerah Kab. Sumenep, Plt. Sekretaris daerah kabupaten sumenep, asisten sekda dan staf ahli, Ibu Ketua TP PKK Kabupaten Sumenep, pimpinan OPD di lingkungan kabupaten sumenep, alim ulama, pimpinan pondok pesantren, para santri SE Kabupaten Sumenep.
Acara dilanjutkan dengan Tausiyah yang disampaikan oleh, KH. Miftahul Akhyar, Wakil Rois ‘am PBNU.
(An)