SURABAYA, beritalima.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya secara resmi membuka program pencanangan Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri tahun 2018. Dengan melakukan gerakan imunisasi secara serentak, Pemkot berkomitmen untuk mewujudkan masyarakat Surabaya bebas dari difteri. Langkah ini dilakukan sebagai respon cepat terhadap berkembangnya kasus difteri di Indonesia.
Pelaksanaan program ORI di Kota Surabaya akan dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun, yang dimulai bulan februari, juli dan desember. Target cakupan ORI Difteri adalah minimal 90% dalam setiap putaran. Jumlah sasaran Kota Surabaya sebanyak 753.498 anak. Pos ORI Difteri akan dilaksanakan di Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, Sekolah, hingga Perguruan Tinggi. Tujuannya, untuk memutus mata rantai penularan penyakit Difteri.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam sambutannya menyampaikan, kesadaraan tentang kesehatan dan kesejahteraan tidak perlu menunggu adanya aturan. Menurutnya, dibutuhkan sebuah kesadaran bersama (komunal), untuk sehat secara bersama-sama. ”Mari semua kita dukung, jadi bukan karena adanya program ini (ORI) baru kita gerak, karena ini adalah kepentingan bersama,” kata Wali Kota Risma, saat membuka pencanangan ORI yang bertempat di Taman Bungkul Surabaya, Jum’at, (02/02/18).
Pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, lanjut Wali Kota Risma, juga menjadi indikator utama dalam kesehatan. Selain diperlukan menjaga kesehatan untuk diri sendiri, juga sangat penting dalam menjaga kesehatan untuk orang lain. “Yang akan kita bangun adalah bukan hanya pentingnya imunisasi. Namun, pentingnya menjaga kesehatan untuk diri sendiri dan untuk orang lain,” tuturnya.
Wali Kota Risma menambahkan, demi untuk mewujudkan masyarakat Surabaya bebas dari difteri, maka dibutuhkan sebuah kesadaran bersama, dengan melakukan gerakan bersama, dimulai dari menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri. “Mari kita bersama-sama selamatkan anak-anak kita, demi bangsa dan negara kita,” imbuh wali kota kelahiran Kediri tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan pihaknya akan menyiapkan sekitar 6.677 pos-pos untuk mendukung berjalannya program ORI, dengan dibantu dari Satgas, DP5A dan OPD terkait. Selain itu, pihaknya mengaku juga sudah bekerjasama dengan rumah sakit dan perguruan tinggi, dengan total tenaga vaksinator sebanyak 1.093 orang.
“Kita punya sasaran untuk usia dibawah 19 tahun mencapai sekitar 753.498 anak. Usia 19 tahun kurang dari sehari juga tetap akan kita lakukan imunisasi,” ujarnya.
Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menyebutkan, kasus difteri di Kota Surabaya sampai dengan tanggal 30 januari 2018 tercatat sudah ada 17 kasus difteri klinis dengan satu hasil laboratorium positif dan terjadi peningkatan sebesar 46,7% dibandingkan dengan bulan desember 2017 dan sebesar 86,7% bila dibandingkan dengan bulan januari 2017. Hal ini yang membuat program ORI sangat perlu dilakukan di Kota Surabaya.
Faktor lainnya, karena cakupan imunisasi lanjutan pada baduta (anak usia dibawah dua tahun) pada tahun 2017 sebesar 51,13% masih belum mencapai target yang ditentukan yaitu 90%. Cakupan Imunisasi DT pada anak usia sekolah dasar saat BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) kelas satu SD sebesar 93,18% dan BIAS Td pada anak kelas dua SD sebesar 93,59% dari target yang telah ditetapkan 95%. Imunisasi lanjutan baduta (usia dibawah dua tahun) sejak tahun 2015 ditetapkan menjadi indikator keberhasilan imunisasi. Untuk bisa menimbulkan kekebalan penyakit di masyarakat, maka cakupan imunisasi di Kota Surabaya harus tinggi dan merata. (*)