KUPANG, beritalima.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT yang difasilitasi oleh Harian Timor Express menyelenggarakan diskusi ekonomi (Baomong Ekonomi), Rabu (16/1).
Kegiatan yang berlangsung di gedung Graha Pena itu, hadir sekaligus panelis antara lain Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat, Kepala Perwakilan BI NTT, Naek Tigor Sinaga, Rektor Undana, Fredrik Benu, dan Ketua Kadin NTT, Abraham Paul Liyanto. Kegiatan dengan konsep coffee morning ini dihadiri juga Perwakilan OJK NTT, Kepala Kanwil Perbendaharaan NTT, Kepala BPS NTT, Perbankan, Akademisi, Pelaku Usaha, dan OPD Provinsi NTT.
Tujuan diskusi ini adalah refleksi perkembangan ekonomi NTT 2018 serta tantangan dan prospeknya di tahun 2019.
Mengawali diskusi tersebut Gubernur NTT Viktor Laiskodat menyampaikan, untuk menghapus stigma sebagai salah satu provinsi termiskin maka harus terdapat perubahan pola pikir/mindset dari pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk bersinergi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di provinsi NTT, karena pertumbuhan ekonomi dapat dicapai jika ada sinergitas pemerintah provinsi dan kabupaten/kota ditengah keterbatasan ruang fiskal di provinsi NTT.
Gubernur NTT yakin bahwa pertumbuhan ekonomi NTT di tahun 2019 dapat lebih baik didorong oleh beberapa hal, yaitu meningkatkan investasi daerah dengan melakukan percepatan pembangunan insfrasruktur seperti jalan raya. Kemudian mendorong sektor pariwisata sebagai prime mover karena sangat menjanjikan sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi NTT didukung dengan data dan fakta yang ada, dan juga memanfaatkan lahan – lahan kosong sebagai lahan tanam masyarakat, serta program sumur bor dan membendung air agar dapat dipergunakan untuk mendudukng sektor pertanian di daerah – daerah yang kekurangan air seperti pulau Timor, Sumba dan Alor.
Meningkatkan kualitas SDM, baik pada sektor pemerintahan maupun penyiapan di sektor tenaga kerja, dan reformasi birokrasi dengan menyederhanakan OPD di lingkup pemerintah provinsi NTT. Selanjutnya membangun sinergi dan menyamakan visi antara pemerintah daerah, instansi vertikal, swasta, lembaga pendidikan dan masyarakat untuk dapat sama – sama menyelesaikan permasalah NTT, seperti pengentasan kemisikinan masyarakat pedesaan.
Kepala Perwakilan BI NTT, Naek Tigor Sinaga mengatakan, secara umum inflasi terkendali dan masih berada di bawah nasional. Inflasi terkendali sehingga daya beli terjaga dan berujung pada kesejahteraan masyarakat yang cukup baik. Namun demikian khusus bulan Desember 2018, Kota Kupang mengalami inflasi yang cukup tinggi di dorong kenaikan tarif angkutan udara, dan harga daging ayam dan telur.
Ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi 4 tahun terakhir (sejak tahun 2014 cukup baik, karena selalu berada di atas nasional di kisaran di atas 5 %. Namun demikian pertumbuhan ini dirasa masih bisa dioptimalkan dapat mengantar NTT bersaing dengan daerah lain.
Menurutnya, PDRB NTT di kisaran Rp 941 T masih jauh dibawah provinsi NTB maupun Bali, disamping itu neraca perdagangan NTT masih mengalami defisit akibat lebih tingginya impor daripada ekspor. Hal tersebut memerlukan perhatian bersama dengan melakukan terobosan pada sektor – sektor utama seperti pariwisata, peternakan dan pertanian. Pada sektor sistem keuangan, Loan to Deposit Ratio (LDR) NTT berada di 100%, sehingga menunjukkan bahwa jumlah kredit yang disalurkan lebih banyak dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Namun demikian hal ini masih didominasi oleh kredit konsumsi sehingga perlu di dorong kepada perbankan untuk lebih aktif menyalurkan kredit kepada sektor – sektor produktif seperti UMKM.
Kepala BI NTT menyambut baik forum diskusi ini dan kiranya dapat dilaksanakan secara berkala dengan mengajak lintas otoritas seperti BI, OJK, Ditjen Perbendaharaan untuk bersinergi dalam rangka mensukseskan program – proram pemerintah Provinsi NTT.
Sementara Rektor Undana, Fredrik Benu mengatakan, dahulu NTT berdiri sebagai green based economy (perekonomian berbasis pertanian), dan kemudian pada sekitar dua dekade terakhir menuju blue based economu (berbasis industri) walaupun dinilai masih belum efektif.
Saat ini NTT perlu menangkap momentum dengan fokus kepada tourism based economy (perekonomian berbasis pariwisata) agar target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan sebesar 10% pada tahun 2023 dapat tercapai.
Ketua Kadis NTT, Abraham Paul Liyanto menyatakan siap mendukung upaya pemerintah daerah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. (L. Ng. Mbuhang)