SURABAYA, beritalima.com – Pemprov Jatim terus mendorong pengembangan pendidikan inklusi untuk bisa memberikan hak yang sama di bidang pendidikan pada anak disabilitas atau Anak Berkebutuhan Khusus/ABK. Hal ini juga sejalan dengan program yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat tepatnya Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi/Kemenristekdikti.
“Kita saat ini masih dalam masa transisi, karena masih banyaknya sekolah luar biasa/SLB yang ada di Jatim. Saat ini progresnya cukup bagus, hanya butuh proses,” terang Kepala Biro Humas, Protokol, dan Kerjsama Prov. Jatim Drs. Benny Sampirwanto, M.Si saat menjadi narasumber pad acara talkshow “Ensuring Acceess and Quality Education for Students with Disabilities in Indonesian Universities” di Gedung LP3M UNESA, Kampun Unesa Lidah Wetan, Surabaya, Rabu(25/04).
Menurutnya, penanganan ABK membutuhkan sinergitas dari berbagai pihak baik pemerintah, keluarga, dan masyarakat. Dicontohkan, di lingkup Pemprov Jatim banyak dinas yang dilibatkan dalam menangani teman-teman disabilitas mulai dinas sosial, dinas pendidikan, dinas pemberdayaan, dan dinas tenaga kerja. “Kebersamaan ini adalah kunci keberhasilan dalam menangani dan memberdayakan anak-anak disabilitas,” ungkap Benny sapaan akrab Karo Humas, Protokol dan Kerjasama Prov. Jatim.
Ditambahkan, Pemprov Jatim juga menyiapkan langkah terkait kesiapan anak disabilitas yang telah lulus dari perguruan tinggi dalam memasuki dunia kerja. Salah satunya dengan memberikan pembekalan cukup bagi lulusan disabilitas sehingga bisa memenuhi kriteria perusahaan. Selain itu, juga melakukan pendekatan secara persuasif ke perusahaan untuk mau menerima lulusan disabilitas. “Apalagi sekarang ada peraturan yang menetapkan bahwa setiap perusahaan tenaga kerjanya minimal 2 persen tenaga kerja disabilitas,” urai Benny.
Penanganan Disabilitas Harus Mulai Hulu hingga Hilir
Terkait penanganan disabilitas atau ABK, Lanjut Benny, harus dimulai dari hulu hingga hilirnya, yakni sejak mereka dilahirkan, anak-anak hingga dewasa. Hal ini penting dilakukan, karena jika disabilitas ini bisa diketahui sejak dini maka perkembangannya akan bisa jauh lebih baik.
Benny menambahkan, saat ini perkembangan teknologi semakin canggih sehingga jika ada anak disabilitas diketahui sejak dini bisa diberi alat bantu. Oleh sebab itu, keberadaan resource center kerjasama antara Pemprov Jatim dengan Australia Barat yang ada di Sidoarjo dan Gresik, bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk deteksi dini kelainan pada anak. “Upaya-upaya ini kami lakukan agar disabilitas bisa diterima masyarakat dan nantinya siap memasuki dunia kerja,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Pembelajaran Kemenristek Dikti Dr. Paristiyanti Nurwardani, MP, mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan oleh kementrian untuk pendidikan khusus baik berupa pelayanan maupun regulasi. Berbagai bimbingan teknis/bimtek dan pendampingan juga diberikan kepada perguruan tinggi dalam penerimaan anak disabilitas.
Selain itu, tahun ini Kemenristek Dikti telah menyiapkan beasiswa untuk 1000 mahasiswa/mahasiswi disabilitas mulai tingkat awal hingga lulus. “Bagi para dosen kami mohon bisa melakukan reorientasi kurikulum khusus bagi mahasiswa disabilitas. Dan terimakasih bagi para relawan pendidikan inklusi,” harapnya.
Panelis lainnya pada talkshow ini yaitu Kasudit Program dan Evaluasi Direktorat PKLK Dr. Praptono, M.Ed, Kasi Kurikulum PKLK Dinas Pendidikan Prov. Jatim Dr. Ahsan Romadhon, perwakilan University of Alicante Spanyol Mr. Domingo Martines, perwakilan Glasgow Caledonian University UK Ms. Rose Cawood, perwakilan University Of Pireus Yunani Ms. Theofili Spini, dan Koordinator Project Manajer INDOEDUC4ALL Indonesia Rofah Makin. (rri)