SURABAYA, beritalima.com – Pemprov Jatim menargetkan program vokasional bisa diselesaikan pada tahun 2019. Target ini mencakup terpenuhinya komposisi SMK 70 persen dan SMA 30 persen, dan menaikkan standar SMK minimal terstandarisasi Badan Standarisasi Nasional/BSN khususnya swasta.
“Pekerjaan besar kita yakni menutup kebutuhan tenaga kerja yang ada di Jatim, dan solusinya hanya melalui rekonstruksi pendidikan lewat pendidikan SMK dan program dual track,” ujar Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo saat membuka Seminar Nasional Vokasi Jatim dan Pameran Karya SMKN 12 Surabaya, di Jatim Expo, Surabaya, Kamis (03/05).
Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim menjelaskan, saat ini Jatim memiliki 1996 SMK dengan jumlah lulusan 220.958, namun hanya 64,11 persen yang bisa diterima di industri. Hal ini menunjukkan bahwa dari total SMK yang ada di Jatim, 40 persennya kualitas lulusannya belum terstandar. Sedangkan total tenaga kerja terampil di Jatim baik dari lulusan SMK, SMK Mini, BLK, dan Politeknik sebanyak 234.088 orang.
“Lowongan tenaga kerja yang tersedia di Jatim mencapai 390 ribu hingga 400 ribu dan baru bisa dipenuhi 234 ribu, oleh sebab itu kita masih kekurangan tenaga terampil sekitar 100 ribu lebih,” ungkapnya.
Untuk meningkatkan standar kualitas SMK, lanjut Pakde Karwo, Pemprov Jatim tahun 2018 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 300 miliar untuk pembangunan inkubator-inkubator pelatihan. Inkubator ini dibutuhkan untuk membuka dan menyerap tenaga kerja di bidang industri, dan untuk mewadahi siswa SMK yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. “Lewat inkubator-inkubator yang dibuat nantinya akan semakin melatih ketrampilan siswa-siswa SMK dan bisa menjawab tantangan dunia usaha dan industri,” urainya.
Pakde Karwo menambahkan, desain revitalisasi SMK yang telah dibuat oleh Pemprov Jatim diantaranya melalui link and match dengan industri, program filial dengan pergruan tinggi, pembentukan SMK BLUD dan double track ekstra kurikuler vokasi di SMA dan MA. Selain itu, ada pula SMK berbasis kluster yang fokus untuk mengelompokkan vokasional tertentu. “Misalnya di suatu daerah memiliki potensi unggulan perikanan, maka kita akan membuat SMK yang khusus menangani perikanan,” terangnya.
Pakde Karwo berharap, peningkatan kualias SDM melalui pendidikan vokasi bisa memenuhi lowongan tenaga kerja yang ada sehinga bisa menurunkan angka pengangguran di Jatim. Selain itu, terpenuhinya tenaga kerja terampil atau skill lewat pendidikan vokasi merupakan jawaban agar Jatim terhindar dari middle income trap.” Untuk menghindari pendapatan perkapita Jatim pada posisi lower income trap, maka penguatan UMKM dan peningkatan SDM melalui vokasional inilah jalannya,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Prov. Jatim Dr. Saiful Rachman mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mempermudah penyebaran informasi dan tersusunnya konsep yang baik pada pendidikan SMK. Selain itu, untuk membuat kebijakan SMK yang terintegrasi. “Lewat seminar ini diharapkan semua kamajuan teknologi khususnya di bidang pertanian bisa diterapkan oleh SMK, dan bisa dikerjasamakan dengan pemerintah daerah atau perusahaan agriculture,” harapnya.
Seminar ini juga diisi oleh Dirjen Dikmen Kemendikbud Dr. Hamid Muhammad, dan Ketua BNSP RI Ir. Sumarna Abdurrahman. Turut hadir Wakapolda Jatim Brigjen Pol Widodo Eko Prihastopo, Ketua Komisi E DPRD Prov. Jatim, Konjen Amerika, dan kepala sekolah SMK yang ada di Jatim. (rr)