Pemulasaran Jenazah COVID-19: Perjalanan kami lancar saja, kami sudah bersyukur

  • Whatsapp

Maluku Utara, beritaLima.com-Kisah petugas Pemulasaraan jenazah pasien COVID-19 di RSUD Chasan Basoeri Ternate Maluku Utara (Malut) dimasa Pandemi yang kerap terkendala dengan  keluarga pasien. Meski begitu, tim pemulasaraan jenazah tetap melaksanakan tugas dan dibantu aparat keamanan.

Zulkarnain (38), salah seorang anggota tim pemulasaraan RSUD Chasan Basoeri Ternate menceritakan, suka dukanya saat menjalankan tugasnya, sampai proses menuju pemakaman, sering terjadi kendala. baik itu dari pihak keluarga atau warga setempat.

Zul sapaannya menuturkan, seringkali dia dan timnya menuju pemakaman yang datang dengan ambulans dicemooh oleh tetangga rumah atau keluarga pasien yang meninggal dunia. “Oleh karena itu, setiap ada pemakaman jenazah COVID-19 kami selalu meminta pengawalan petugas kepolisian,” ujarnya kepada beritaLima.

Padahal menurut Zul, dirinya bersama dengan teman-temannya hanya membantu melaksanakan proses pemakaman. Pemakaman jenazah COVID-19 tidak mungkin diserahkan kepada masyarakat umum. Karena tidak semua orang memiliki kemampuan dan mengetahui prosesnya. Karena harus dilakukan dengan protokol kesehatan.

“Kami hanya menjalankan tugas melakukan pemakaman. Tidak perlu dibantu, yang penting tidak menghalangi pekerjaan kami, kami sudah sangat senang. Karena kami ikhlas menjalankan tugas,” ungkapnya.

Memang tidak semua orang mencibir mereka. Namum banyak juga yang memberikan semangat dan memberikan ucapan terima kasih kepada Zul dan rekan-rekannya. Dan inilah yang menjadi penyemangat bagi Zul dan timnya untuk terus bekerja.

“Kita tidak minta apa-apa. Perjalanan menuju pemakaman lancar saja kami sudah bersyukur,” tambahnya.

Hingga saat ini, Zul dan timnya sudah memakamkan sekitar 80 pasien COVID-19 yang meninggal dunia. Selama ini dalam seharinya dia (zul) dan timnya pernah melakukan pemakaman jenazah pasien COVID-19 hingga 6 kali dalam sehari.

“Dan saya ingat itu mulai dari pagi hingga jam 22.00 WIT baru selesai,” ungkapnya.

Kami tim pemulasaraan RSUD Chasan Basoeri punya obat sebagai penyemangat dalam menjalankan tugas. Meski tugasnya sangat berbahaya, namun selalu mendapatkan semangat dari istri tercinta.

Awal menangani jenazah yang meninggal akibat COVID-19, tim pemulasaran RSUD Chasan Basoeri Ternate sempat merasa takut. Karena yang dihadapi adalah virus mematikan yang tidak nampak oleh mata telanjang. Namun rasa khawatir yang berlebihan itu akhirnya sedikit demi sedikit bisa hilang setelah beberapa kali mendapatkan pelatihan.

“Saat ada pelatihan akhirnya kita mendapatkan ilmu agar tak tertular. Alhamdulillah sampai saat ini kita sehat. Temen-temen juga sehat,” ujar Zul.

Karena diliputi rasa takut, saat sudah mengenakan hazmat, mau buang air kecil dan minum saja tidak berani membuka hazmat. takut terpapar virus yang benar-benar menghantui.

“Setelah beberapa kali mengikuti pelatihan dan melakukan perawatan jenazah COVID-19, rasa takut mulai berkurang. Tapi rasa takut dan kuatir itu tetap ada. Karena virusnya mematikan,” katanya.

Semangat untuk terus mengabdi menjadi petugas perawatan jenazah juga tidak lepas dari dukungan istrinya, Maryati (29). hampir setiap hari Zul dibuatkan jamu tradisional berbahan rempah seperti jahe, kunir dan serai. Istrinya juga selalu menyiapkan vitamin dan suplemen untuk menjaga kesehatan dan imunitas tubuh dan tidak ketinggalan minuma tradisonal “Air Guraka”(air Jahe).

Pada awalnya, istrinya sempat khawatir dan merasakan ketakutan seperti masyarakat umumnya. Namun setelah dijelaskan bahwa ini sudah menjadi tugas dan tanggungjawabnya, akhirnya istri mau mengerti.

“Saya sampaikan pada istri saya, niat kita membantu. Kalau kita ikhlas insyaallah akan dilindungi oleh Allah SWT dan terhindar dari penyakit,” katanya.

Saat kembali ke rumah selalu dalam keadaan bersih, biasanya Zul lebih dulu mandi di tempat kerjanya usai melakukan pemakaman. Dia selalu menyiapkan baju ganti dari rumah. Biasanya dia membawa baju ganti lebih dari satu. Ini untuk mengantisipasi jika ada pasien COVID-19 yang meninggal dunia lebih dari satu.

“Kalau yang meninggal sampai 3 atau 4 orang ya ganti pakai sampai 3 atau 4 kali. Makanya saya bawa pakaian ganti lebih dari satu,” lanjutnya.

Pria yang masih berstatus pegawai honorer ini mengaku senang bisa membantu masyarakat. Meskipun terkadang harus mengorbankan waktunya bersama keluarga. Tidak jarang dia harus kembali berangkat ke kamar Mayat meski belum sempat beristirahat.

“Yang pasti saya harus stand by 24 jam. Setiap saat harus siap dipanggil. Kadang baru pulang sudah ada panggilan lagi dari rumah sakit. Istri pun iba kepada saya. Karena baru pulang, sudah harus berangkat lagi,” pungkasnya.

“Tapi semua itu saya kerjakan dengan iklas dan dengan senang hati. Dan semoga apa yang saya kerjakan ini menjadi amal ibadah saya. Aamiin,”doanya.

Penularan virus corona (covid-19) belum berhenti, Penerapan Protokol kesehatan (Prokes) dengan 5M (menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas) adalah wajib hukumnya.

Banyak korban meninggal akibat Covid-19. Jangan sampai kita ikut tertular atau bahkan menularkan ke orang lain. Terapkan protokol kesehatan secara disiplin. Sayangi diri sendiri, keluarga dan orang lain.(rdy)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait