JAKARTA – Kepala BNPB Doni Monardo mengharapkan kesadaran masyarakat yang ada di lokasi bencana tanah longsor Cihanjuang bersedia untuk direlokasi. Hal tersebut disampaikan Doni saat berkunjung di lokasi longsor Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, pada Minggu pagi (10/1).
Doni menyampaikan, masyarakat jangan dulu menempati rumah di kawasan berbahaya sampai pemerintah pusat dan pemerintah provinsi mengeluarkan hasil kajian pendataan rumah-rumah yang masih boleh ditempati kembali.
“Bagi yang sudah diputuskan, kawasan itu adalah zona merah masyarakat harus ikhlas melepaskan rumah dan tanahnya untuk direlokasi di tempat yang baru,” lanjut Doni di lokasi bencana pada Minggu (10/1).
Lebih lanjut Doni mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Sumedang akan membantu dalam penyediaan lahan relokasi. “Tadi pagi Bapak Bupati akan menyiapkan lahan desa untuk relokasi bagi masyarakat yang rumahnya nanti tidak boleh lagi ditempati,” jelasnya.
Pada kesempatan itu juga, ia menyampaikan bahwa skema bantuan dari pemerintah pusat untuk kerusakan rumah dengan kategori rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan. Pemerintah akan memberikan bantuan stimulan yang rumahnya rusak berat sebesar Rp50 juta, rusak sedang Rp25 juta dan rusak ringan Rp10 juta. Sampai dengan tadi pagi, jumlah kerusakan masih dalam pendataan BPBD Kabupaten Sumedang.
Kepala BNPB Doni Monardo memberikan bantuan dana siap pakai sebesar Rp1 miliar untuk penanganan darurat bencana longsor Cihanjuang. Pemberian bantuan kepada Bupati Sumedang ini disaksikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di lokasi pos komando yang berlokasi di SMA Negeri Cihanjuang.
Saat ini proses evakuasi korban masih terus dilakukan oleh tim gabungan yang dipimpin oleh Basarnas. Data sementara Pusat Pengendalian Operasi BNPB pada Minggu (10/1), pukul 08.22 WIB, korban meninggal sebanyak 19 jiwa. Korban dari peristiwa longsor utama yang telah berhasil dievakusi sebanyak 8 jiwa, sedangkan korban pada longsor susulan sebanyak 11 jiwa. Selain korban meninggal, 18 warga mengalami luka-luka, dengan rincian luka berat 3 jiwa dan luka ringan 15.
Sementara itu, warga yang dievakuasi sebanyak 150 orang. BPBD Kabupaten Sumedang dengan bantuan dinas sosial dan BPBD Provinsi Jawa Barat mengoperasikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan permakanan warga terdampak.
Tanah longsor ini terjadi wilayah Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, pada Sabtu sore (9/1), sekitar 16.00 WIB. Namun, longsor susulan kembali terjadi di sekitar lokasi pertama pada pukul 19.30 WIB.
Longsoran pertama dipicu curah hujan tinggi dan kondisi tanah tidak stabil. Kemudian longsor susulan terjadi pada saat petugas masih melakukan evakuasi korban di sekitar area longsoran pertama.
Dari jumlah jiwa yang meninggal, Danramil Kecamatan Cimanggung Kapt Inf Setio Pribadi dan Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sumedang turut menjadi korban. Saat itu mereka berada di lokasi untuk merespon longsoran pertama. Sementara ini, berdasarkan informasi dari BPBD, diperkirakan banyak orang masih tertimbun longsoran susulan.
Doni Monardo yang juga Ketua Satgas Penanganan Covid-19 menyampaikan turut berduka cita atas peristiwa tanah longsor Cihanjuang, khususnya kepada petugas yang meninggal pada saat melakukan penanganan darurat di lokasi bencana.
Kabupaten Sumedang termasuk wilayah dengan potensi bahaya tanah longsor dengan kategori sedang hingga tinggi. Berdasarkan analisis InaRISK, sebanyak 26 kecamatan teridentifikasi berpotensi bahaya dengan kategori tersebut, sedangkan luas bahaya sekitar 60.872 hektar.
Dilihat dari prakiraan cuaca Info BMKG, pada hari ini (10/1) dan esok, kecamatan Cimanggung masih berpotensi hujan dengan intensitas ringan hingga hujan petir. Sedangkan wilayah Provinsi Jawa Barat, terpantau berpotensi hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang.
BNPB berharap masyarakat dapat tetap waspada dan siaga dalam mengantisipasi dampak bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor maupun angin kencang. Persiapan diri sendiri, keluarga dan komunitas sangat dibutuhkan sehingga dampak korban jiwa dapat dihindari sedini mungkin, khususnya di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.