Pendiri Ponpes Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang Miliki Silsilah Keturunan Majapahit

  • Whatsapp

Jombang | beritalima.com – Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang berdiri sejak tahun 1825 oleh kyai sakti dari Tuban bernama KH. Abdus Salam. Nanti tahun 2025 PPBU Tambak Beras berusia 200 tahun atau sudah 2 abad dan akan melaksanakan Harlah besar – besaran.

Ditemui Pengasuh Ponpes Terpadu Hasbullah, KH. Moh. Hasib Wahab Hasbullah di dalam komplek PPBU Tambak Beras, mengatakan Kyai Abdus Salam dari jojokan Tuban ke Jombang mendirikan pondok slawean, cikal bakal berdirinya pondok pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang hingga sekarang. Kyai Abdus Salam keturunan Pangeran Sumoyodo atau Kyai Abdul Jabbar.

Kyai Abdul Jabbar sendiri keturunan Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijoyo biasa dipanggil Mas Karebet, sebagai pendiri kerajaan Pajang pertama pada masa 1568 – 1583 masehi. Sultan Hadiwijoyo menikah dengan Ratu Mas Cempaka, putri Sultan Trenggana dari Kerajaan Demak tahun 1521 – 1546 masehi.

Sedangkan Syech Abdul Jabbar yang dikenal dengan sebutan Mbah Jabbar memiliki nama asli Pangeran Sumoyodo, masih memiliki keturunan Raja Majapahit Brawijaya V Bhre Kertabumi berkuasa selama 4 tahun pada masa 1474 – 1478 Masehi yang beristrikan Ratu Dwarawati Murdaningrum, putri Campa dari Kamboja.

Dikutip dari Manuskrip Gresik yang dilansir Merdeka.com edisi Jatim, 26 Januari 2022, Mbah Jabbar anak terakhir dari lima bersaudara anak dari Pangeran Selarong anaknya dari Pangeran Hadipati Benowo II atau kakeknya. Mbah Jabbar cicitnya Pangeran Benowo Prabuwijaya atau Abdul Halim dua tahun memimpin kerajaan Pajang (1586 – 1587) dan Sultan Hadiwijoyo (Joko Tingkir) adalah eyang cangganya Mbah Jabbar.

Kakak pertamanya seorang perempuan bernama Ratu Emas. Selanjutnya, secara berturut-turut lahir bayi laki-laki bernama Pangeran Pringgodani alias Kyai Pengging, Pangeran Pringgokusumo alias Kyai Mojo, dan Pangeran Dadung Kusumo. Terakhir, lahirlah Pangeran Sumoyudo alias Mbah Jabbar.

Dari penelusuran beritalima.com, ternyata Kyai Abdus Salam anak dari Kyai Onggoyudo Sidayu Gresik, kakeknya Kyai Abdullah sedangkan Kyai Abdul Jabbar atau Pangeran Sumoyudo dengan Kyai Abdus Salam buyutnya atau cicitnya.

Dari berbagai referensi yang dihimpun berdasarkan tayangan berbagai media baik cetak maupun online, Gus Hasib panggilan akrabnya mengatakan Kyai Salam dijuluki Kyai Shoichah yang dikenal kesaktiannya yang membuat siapa saja yang digertak menjadi gemetar. Sambungnya selama 13 tahun membuka hutan dan semak belukar di Dusun Gedang hingga menjadi perkampungan baru.

Kyai Salam tutur Gus Hasib, mendirikan tempat tinggal sederhana berupa gubuk santri, langgar atau mushala untuk menyebarkan ajaran Islam. Sedangkan tahun 1825, tempat tinggal tersebut menjadi Pondok Telu. Karena bangunan yang ada baru tiga unit.

Lanjutnya dikenal Pondok Slawean karena jumlah santrinya berjumlah 25 orang. Slawe dalam bahasa Jawa artinya 25 dalam bahasa Indonesia. Pondok ini menjadi tempat Kyai Salam mengajarkan ilmu syariat, hakikat dan kanuragan.

Mengalami usia senja, Kyai Salam mewariskan pondoknya ke Kyai Ustman dan Kyai Said untuk mengembangkan dua cabang pesantren di Desa Tambakrejo. Seiring dengan semakin banyaknya santri, Kyai Ustman mengajarkan ilmu tarekat dan Kyai Said mengajarkan ilmu syariat.

Setelah Kiai Said wafat, pengurusan pesantren diteruskan putranya, Kyai Hasbulloh. Sementara pesantren Kyai Ustman tidak ada yang meneruskan karena tidak mempunyai putra. Sehingga sebagian santrinya dialihkan ke Kyai Hasbulloh dan mengirim putra tertuanya, Kyai Abdul Wahab menimba ilmu di Mekkah, Arab Saudi.

Pulang dari Tanah Suci tahun 1914, Kyai Abdul Wahab mengubah sistem pendidikan di pesantren ayahnya dari halaqah menjadi madrasah. Tahun berikutnya, beliau mendirikan madrasah pertama di Ponpes Tambakberas bernama Madrasah Mubdil Fan.

Sejak ayahnya wafat tahun 1920, Kyai Abdul Wahab mengelola pesantren dibantu dua adiknya yang juga menimba ilmu dari Mekkah. Yakni Kyai Abdul Hamid dan Kyai Abdurrohim. Seiring berjalannya waktu, pesantren ini berkembang pesat. Baru pada tahun 1965, Kyai Abdul Wahab menamai pesantren warisan ayahnya ini dengan nama Ponpes Bahrul Ulum.

Mbah Wahab menamakan Ponpes Bahrul Ulum ungkap Gus Hasib, artinya lautan ilmu pengetahuan. Hingga kini santrinya berjumlah 11.200 orang yang menimba ilmu di 19 lembaga pendidikan pesantren.

Reporter : Dedy Mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait