4,70 juta jiwa atau 12,05 persen.
Dibandingkan pada Maret tahun lalu, yang jumlahnya sebanyak 4,79 juta jiwa, penurunnya hanya 0,29 persen.
Angka kemiskinan penduduk Jatim tersebut berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statitistik (BPS) Provinsi Jatim, yang diungkap pada Senin, 18 Juli 2016.
Disebutkan, penurunan angka kemiskinan penduduk di daerah ini hanya terjadi di perkotaan. Sedangkan penduduk miskin di pedesaan justru mengalami peningkatan.
“Kalau ditinjau secara kota dan desa, penduduk miskin perkotaan menurun 0,47 persen poin, sedangkan penduduk perdesaan naik 0,17 persen poin,” kata
Kepala BPS Provinsi Jatim, Teguh Pramono.
Peningkatan prosentase jumlah penduduk miskin di pedesaan itu, lanjut Teguh, disebabkan oleh beberapa faktor kemungkinan.
Kalau dilihat secara komoditi, barang yang dibeli masyarakat desa cenderung lebih mahal. “Ini mungkin karena beberapa komoditi hasil pabrik yang berasal dari kota membutuhkan ongkos transportasi lebih,” kata dia.
Kemungkinan lain, kebiasaan masyarakat desa yang mengkonsumsi komoditi dalam jumlah sedikit menjadikan harga lebih mahal.
“Harga barang yang dibayarkan lebih mahal oleh penduduk desa ini tidak sebanding dengan kemampuan ekonomi masyarakat di perdesaan,” terangnya.
“Jadi, faktor kemungkinannya, sumber penghasilan di perdesaan lebih sedikit dibandingkan dengan perkotaan, dibarengi dengan harga barang yang dibayarkan lebih mahal dengan alasan tambahan biaya transportasi,” tandasnya.
Dari hasil Susenas BPS Jatim tersebut diharapkan Pemerintah Daerah ini bisa mulai memfokuskan program-program pengentasan kemiskinan dengan lebih banyak memperhatikan kondisi masyarakat perdesaan. (Ganefo)