KEDIRI, beritalima.com – Rasa penasaran ingin tahu lebih dalam, riwayat kelurahan atau dulunya desa, dimana Babinsa Burengan, Serka M.Natsir sehari-harinya berinteraksi dengan warga setempat. Lewat “Mlaku-Mlaku Babinsa”, Serka M.Natsir mencoba menelusuri riwayat makam yang dikatakan semua warga adalah tempat bersemayamnya orang yang membuka lahan atau cikal bakal Kelurahan Burengan. minggu (20/1/2019)
Kedatangannya ke areal pemakaman yang berdekatan dengan jalan utama ini, disambut Aji Purwanto (68 tahun), warga RT 02 RW 10 Kelurahan Burengan, kecamatan Pesantren. Aji sapaan akrabnya, adalah juru kunci pemakaman tersebut, sekaligus perawat makam yang dinyatakan sebagai sejarah awal keberadaan Desa Burengan atau sekarang sudah beralih status menjadi Kelurahan Burengan.
Disebelah makam Dowo atau tempat bersemayamnya Mbah Bureng, terdapat 3 makam yang berjajar dan makam tersebut dikelilingi tembok dengan ketinggian sekitar 1 meter. Kondisi ketiga makam dengan makam Mbah Bureng, agak berbeda, lantaran ketiga makam tersebut dianggap oleh warga sebagai keluarganya, sedangkan Mbah Bureng adalah pelaku sejarah berdirinya desa, dulunya atau Kelurahan Burengan, sekarang.
Aji mengakui tidak tahu, kepastian ketiga makam tersebut, yang mana makam istri Mbah Bureng dan yang mana makam anak-anak Mbah Bureng. Ia tidak berani memastikan ketiga makam tersebut, hal ini disebabkan versi yang ia terima berbeda-beda dan ia khawatir justru kalau-kalau keliru memastikannya.
Terkait silsilah Mbah Bureng, Aji juga tidak berani menjelaskannya, lantaran lagi-lagi ada versi yang berbeda-beda. Menghindari kekeliruan, ia lebih baik mengatakan tidak tahu kepada siapa saja yang bertanya kepadanya.
Dijelaskan Aji, tiap bulan Suro, setiap pengunjung yang hendak menuju petilasan Joyoboyo yang berlokasi di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, terlebih dahulu mendatangi makam Dowo ini. Umumnya, pengunjung tersebut berasal dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, kalaupun toh ada pengunjung yang berasal dari Jawa Timur, perbandingannya jauh berbeda.
Makam Dowo ini, diyakini Aji, masih terkoneksi dengan petilasan Joyoboyo, tetapi koneksi yang dimaksud bukan hubungan kekerabatan yang dekat, tetapi kekerabatan agak jauh. Koneksi ini, dikatakan Aji, kemungkinan bisa berasal dari keluarga Raja Jayabaya, bisa juga dari keturunannya.
Informasi terkait koneksi antara makam Dowo dengan petilasan Joyoboyo, diakui Aji, sangat minim, lantaran berbagai versi didengarnya dan hingga saat ini, Aji tidak dapat memastikan versi mana yang benar dan ia menyatakan tidak berani mengambil statement mengambil salah satu versi.
Areal makam tersebut bercampur dengan pemakaman umum, dalam artian tanpa ada latarbelakang yang mengikat alias siapa saja jenazah yang berasal dari Kelurahan Burengan bisa dimakamkan ditempat itu.
Beberapa waktu lalu, tepatnya sebelum Hari Natal dan tahun Baru di bulan Desember, Koramil 02/Pesantren melakukan pengecatan ulang, sekaligus pembersihan di sekitar areal pemakaman tersebut. Kegiatan tersebut tidak lepas dari request Kepala Desa Burengan, untuk bersama-sama melakukan pengecatan ulang dan bersih-bersih. (dodik)
Tonton sampai Habis, dan jangan lupa bantu Subscribed ya