Penemuan Jati Diri Yudi Pelaut

  • Whatsapp

beritalima.com – Proses menemukan diri dinyatakan Yudi Pelaut dengan menampilkan 34 karya dalam Pameran Seni Rupa Bercerita yang berjudul “Bang Boleng Bintu Aji”. Sebagai pelaut –profesinya- Yudi, yang bernama asli Tri Iswahyudi itu memang mengambil laut sebagai inspirasi berkarya. Meski laut memberikan banyak ide, namun untuk Pameran Seni Rupa Bercerita ini Yudi tak menggambar laut secara nyata dalam rupa seperti yang biasa kita lihat.

Namun Yudi yang asli Turen, Kabupaten Malang itu, lebih banyak mengambil filosofi yang ada di lautan. Laut bagi Yudi adalah tempat ia banyak merenungi perjalanan hidup. Karena itu, dalam beberapa lukisan visual laut tampil seperti perahu, ombak, dan samudera yang tenang sebagai ciri Yudi yang tak bisa lepas sejak tekun melukis sedari muda.

Menariknya, dalam pameran tunggal seri kedua yang digelar di Orasis Art Gallery sejak 29 April-4 Mei 2019, Yudi menokohkan seorang perempuan dalam setiap kanvasnya. Ia lah yang mendominasi kali ini. Ia yang dijuluki “Si Merah” itu mewakili diri Yudi atau siapa saja tentang sebuah perjalanan hidup yang harus terus mencari kesejatian. Kali ini, perjalanan Si Merah digambarkan sudah menemukan akhirnya.

Secara garis besar, tema pameran tunggal Yudi yang kedua ini sebenarnya boleh dikatakan adalah bentuk kelanjutan dari tema pameran tunggal yang sebelumnya pada 2018 di Galeri Raos Batu. Jika tema pameran pertama adalah tahapan “mencari diri” sehingga dijuduli “Pencarian Diri”, sementara tema pameran kedua kali ini adalah tahapan “menemukan diri” yang dimaksudkan itu.

Memang dibandingkan dengan pameran tunggal seri pertamanya yang sangat dominan visual lautan, pameran ini tak jauh berbeda. Hanya saja, sebagian besar diwakilkan oleh Si Merah yang menggambarkan pengalaman bapak dua anak ini berproses melukis selama di dalam pelayaran atau laut. Sehingga Yudi mengangkat hal-hal simbolik saja misalnya gerakan meliuk dari tubuh atau gaun Si Merah yang sebenarnya juga menggambarkan ombak lautan itu.

Atau ketika ia menggambarkan awan di langit yang jika dilihat sebenarnya punya karakter yang tidak jauh berbeda dengan lautan. Yang lebih menarik lagi yaitu tentang cerita-cerita Yudi dalam proses berkarya. Dalam pameran ini, ia mencoba menhungkapkannya lebih banyak dalam tuturan. “Apa yang saya lukis adalah sebagian dari kisah-kisah dan makna-makna yang saya dapatkan selama melukis di laut. Jika selama ini saya kesulitan bercerita tentang bagaimana saya melukis, kali ini saya bisa bercerita panjang,” katanya.

Itulah makanya Yudi lalu menyebutnya sebagai cara bercerita yang lebih dalam tentang makna sesungguhnya di balik yang ia gambar. Narasi itu tidak ia beberkan satu per satu di setiap lukisan namun ketika ke-34 lukisan itu dipajang Yudi menjadikan semua lukisannya itu sebagai satu kesatuan utuh cerita yang tak terpisahkan. Karena itu, pameran ini dinamainya sebagai Pameran Sen Rupa Bercerita.

Pembukaan pameran yang digelar di halaman Orasis Art Gallery pada Senin, 29 April 2019 mulai pukul 19.00 dilakukan oleh Freddy H Istanto (Ketua Surabaya Heritage Society), mewakili Koeboe Sarawan yang berhalangan hadir, didampingi owner Orasi Elizabeth Yuliawati. Dalam prosesi pembukaan pameran yang disupport Kopi Bubuk Uang Emas itu ditampilkan musik Metal Jowo oleh Widhi Lamong dan kawan-kawan, pembacaan geguritan (pusi berbahasa Jawa) berjudul “Kebacut” dan “Pakewuh”, dan sebuah gerak tari Jawa berjudul “Bang Boleng Bintu Aji” oleh Sekar. (*)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *