Oleh:
HM Yousri Nur Raja Agam
UMAT Islam meyakini, kegiatan Isra’ Mi’raj, merupakan misi “penerbangan khusus” manusia yang pertama ke ruang angkasa. Hal itu dilakukan Rasulullah Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasalam (SAW). dengan Bouraq. Pesawat berupa “Kuda Bersayap” itu tinggal landas dari landasan pacu Masjidil Haram di Kota Mekah menuju landasan di Baitul Maqdis, di dekat Masjidil Aqsa. Setelah beristirahat sejenak, penerbangan dilanjutkan ke luar angkasa, menuju Sidratul Munthaha.
Kisah inilah yang disebut, Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, rasul terakhir urutan ke 25 dari para rasul Allah, sejak Nabi Adam. Peristiwa ini sudah mengakar di alam pikir keimanan umat Islam. Bahkan juga sebagian Non Muslim.
Memang keyakinan umat Islam itu, tak terbantahkan lagi. Sangat percaya adanya perjalanan malam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, pada malam 27 Rajab 621 Masehi.
Peristiwa ini, setahun sebelum Nabi Muhammad dan pengikutnya hijrah dari Mekah ke Madinah. Tahun ke-10 masa kenabian Rasulullah Muhammad SAW.
Hijrahnya Nabi Muhammad SAW itu, kemudian ditetapkan sebagai Tahun Baru Hijrah. Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijrah bertepatan dengan tahun 622 Masehi.
Transportasi Udara
Riwayat yang tidak diragukan oleh umat Islam itu, adalah saat Nabi Muhammad SAW diperjalankan oleh Allah pada tengah malam, meninggalkan Kota Mekah menuju Baitul Maqdis di Yerussalem, Palestina. Kemudian mengorbit ke luar angkasa menuju Sidratul Munthaha.
Waktu itu, fisik dan ruh Nabi Muhammad SAW didampingi Makaikat Jibril. Mereka berdua mengendarai Bouraq super kilat.
Jarak antara Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, sekitar 1.500 kilometer. Hampir sama dengan jarak lurus penerbangan dari Jakarta ke Makassar. Kalau kita naik pesawat Bouraq — yang sekarang tidak beroperasi lagi — ditempuh sekitar 3 jam.
Namun, kendaraan Bouraq yang ditumpangi Rasulullah Muhammad SAW tentu sangat cepat. Bahkan naik ke langit, langsung lurus, ke arah Sidratul Munthaha.
Dalam riwayat Ka’ab al-Ahbar, dinyatakan bahwa pintu langit itu berada persis di hadapan Baitul Maqdis. Pendapat lain mengatakan, bahwa Masjidil Aqsa merupakan lokasi Padang Mahsyar. Sebab, tatkala Rasulullah SAW sampai di Masjidil Aqsa, malam itu suasananya, seperti kondisi akhirat kelak di kemudian hari. Itulah, yang menjadi alasan mengapa Mi’raj dilangsungkan dari Baitul Maqdis.
Ada catatan yang menarik. Sebelum berangkat, Isra’ dari Mekah, Nabi Muhammad terlebih dahulu menjalani operasi pembedahan oleh malaikat. Tempat operasi pembedahan itu, di pinggir telaga zamzam dekat Ka’bah di Mekkah. Pembedahan, dilaksanakan untuk membersihkan hati dan jantung Nabi Muhammad SAW.
Penerbangan Nabi Muhammad SAW bersama Jibril, dari Baitul Maqdis dibawa “naik” melalui pintu langit menembus tujuh lapis ruang angkasa. Kemudian sampai di Sidratul Muntaha. Saat itulah Nabi Muhammad SAW melakukan komunikasivdan berhadapan langsung dengan Allah SWT. Malam di tanggal 27 Rajab itu juga, sebelum subuh, Nabi Muhammad telah kembali ke Kota Mekah. Peristiwa inilah yang disebut Isra’ dan Mi’raj.
Kisah perjalanan yang serba singkat itu, terasa sangat berkesan bagi Nabi Muhammad SAW. Kunjungan kerja atau ziarah dilaksanakannya, ke tempat-tempat bersejarah. Mulai dari Yastrib, kota yang tahun berikutnya menjadi tempat hijrah Nabi bersama pengikutnya. Setelah itu ke Bukit Thursina, tempat Nabi Musa menerima wahyu dari Allah 2000 tahun sebelum Muhammad jadi rasul. Berikutnya ke Betlehem, kota kelahiran Nabi Isa, dan ke Madyan tempat Nabi Syu’aib menyebarkan ajaran Allah. Terakhir ke Masjidil Aqsa.
Dari peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu banyak hal yang merupakan rangkaian mukjizat dari Allah. Dengan meyakini peristiwa yang sangat sakral itu, tentu mampu membuka cakrawala pandang kita yang lebih luas. Bak kata pepatah, alam yang terkembang ini bisa dijadikan guru.
Peristiwa Isra’ Mi’raj ini menginspirasi Abbas Ibnu Firnas (810–887). Ia tercatat sebagai ilmuwan muslim penemu pembuatan konstruksi alat terbang bersayap. Awalnya dia menciptakan perangkat menyerupai burung. Dan ia pun berhasil menerbangkannya di Cordoba, Spanyol pada abad IX.
Berbagai Jenis Ilmu
Di samping mengilhami pembuatan alat transportasi cepat, Isra’ Mi’raj ini juga membuka alam pikir kita menguak ruang angkasa. Maka benarlah adanya berbagai jenis Ilmu pengetahuan yang dilahirkan. Seperti ilmu fisika, antariksa, psikologi, futurologi, komunikasi dan yang sangat mengagumkan adalah ilmu kesehatan dan kedokteran.
Catatan yang istimewa adalah, peristiwa pembedahan yang dialami Nabi Muhammad SAW. Hal ini menginspirasi para ahli kesehatan, khususnya ilmu kedokteran tentang tindakan pembedahan.
Sejarah, pembedahan dada yang dialami Nabi Muhammad itu, telah mendorong dokter-dokter Arab muslim untuk memecahkan rahasianya. Tak ayal lagi, setelah beberapa abad, dikenal nama Ibnu Siena (980–1037). Thabib yang memelopori sistem pengobatan pasien dengan metode pembedahan.
Perintah Shalat ISLAM
Di waktu menghadap dan beraudiensi langsung dengan Allah SWT di Sidratul Muntaha, Rasulullah Muhammad SAW menerima perintah langsung untuk mendirikan shalat lima waktu. Shalat itu sebagai syariat yang abadi dan tuntunan untuk seluruh umat Nabi Muhammad.
Shalat adalah satu-satunya syariat Islam yang diterima Rasulullah Muhammad, tanpa wahyu melalui Malaikat Jibril.
Shalat lima waktu, diturunkan sebagai perintah wajib untuk menegakkan tiang agama. “Asshalatu ‘imaduddin”.
Shalat lima waktu itu, menjadi singkatan dari ISLAM. Dari perputaran matahari dan bulan, terjadi siang dan malam. Awal hari berdasarkan perhitungan dimulai setelah matahari terbenam. Itulah penanda kita berbuka puasa, saat waktu Maghrib tiba. Artinya, Maghrib adalah waktu menutup siang hari menuju malam. Di saat ini pula shalat lima waktu yang terakhir.
Untuk itu layak kita membuat kesepakatan bahwa shalat lima waktu berawal dari Isya. Seterusnya Subuh, Luhur, Ashar dan Maghrib. Dalam praktiknya ditetapkan jumlah rukuk atau raka’atnya, yaitu:
1. Isya — empat raka’at.
2. Subuh — dua raka’at.
3. Luhur — empat raka’at.
4. Ashar — empat raka’at.
5. Maghrib — tiga raka’at.
Jadi singkatan dari nama Shalat lima waktu itu adalah: ISLAM. Inilah tiang agama yang wajib kita tegakkan. Jumlahnya, 17 raka’at setiap hari.
.
Lengkap sudah catatan kita tentang Isra’ dan Mi’raj. Kisahnya menginspirasi berbagai hal. Mulai dari pengertian untuk menjadikan masjid dengan masjid sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan. Mendekatkan jarak yang jauh dengan menyelenggarakan transportasi cepat. Serta mengilhami berbagai jenis program pendidikan keilmuan.
Selamat mengingat Hari Isra’ Mi’raj — 27 Rajab 1446 H — 27 Januari 2025. (**)