beritalima.com | Manusia hidup tidak bisa terlepas dari pengalaman masa lalu. Apa yang telah kita kerjakan pada masa lalu akan menjadi pengalaman masa kini. Begitupun apa yang kita kerjajan pada masa kini, akan manjadi pengalaman di masa depan. Maka dari pada itu teruslah berusaha dan belajar dari pengalaman supaya hidup kita akan lebih baik.
Banyak orang yang merugi, mengerjakan sesuatu tapi minim pengalaman (bondo nekad), sehingga terjerumus ke lubang yang sama. Seperti keledai dungu, terus mengulang kesalahan yang sama. Tidak ada perencanaan yang matang dan melihat kemampuan diri.
Rumusnya supaya berhasil diperlukan pengalaman yang mumpuni. Baik pengalaman pribadi sebagai karyawan, atau ikut organisasi. Kenyataannya memang demikian, didalam organisasi atau partai politik sangat komplek permasalahannya. Saling jegal jegalan itu hal yang biasa.
Dalam kehidupan ini banyak kita jumpai orang yang merugi. Sudah menghabiskan dana ratusan juta, bahkan lebih karena minimnya pengalaman maka hasilnya tidak signifikan. Contohnya calon Kepala Daerah yang mencoba keberuntungan maju sebagai Bupati, Walikota. Karena minimnya pengalaman dan tidak paham aturan main akhirnya tetap tidak terpilih. Hanya senang gambarnya bisa terpampang di beberapa suduk kota. Bangga sudah masuk berita di media cetak atau media online. Walaupun yang bersangkutan sudah banyak mengeluarkan uang untuk pasang baliho, operasional tim sukses, dan bayar saksi tetapi karena minimnya pengalaman hasil akhirnya tidak seperti yang diharapkan. Hanya buang-buang waktu saja.
Hal ini seharusnya menjadi peringatan buat Anda yang mau maju sebagai Bupati atau Walikota. Jangan asal maju saja, tidak mempertimbangkan dengan matang, resiko apa yang akan dihadapi. Harus mengukur kemampuan diri dan pengalaman masa lalu. Pertanyaannya sudah pantaskah saya maju sebagai calon Bupati atau Walikota.
Untuk bisa terpilih menjadi Bupati atau Walikota syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang calon adalah kemampuan financial, popularitas, elektabilitas, dan dukungan penuh dari partai. Itupun tidaklah cukup, yang jelas harus dilandasi juga dengan pengalaman. Misalnya sudah pernah memimpin organisasi besar, atau sebagai pelaku usaha sukses, dan rekam jejaknya baik di mata masyarakat.
Punya pengalaman berorganisasi, dikenal luas oleh kalangan masyarakat, adalah modal awal yang baik. Susahnya lagi jika ingin nyalon Bupati atau Walikota, tapi syahwat politiknya hanya ingin berkuasa. Tidak dadasari oleh keinginan yang tulus ikhlas untuk kepentingan rakyat. Dengan niat yang jelek tersebut walapun sudah berusaha sekuat tenaga, banyak keluar dana, sulit akan menang.
Sehingga jika kalah akan menyalahkan calon lain, menuduh penyelenggara pemilu (KPU) tidak fair, Pengawas pemilu (Bapilu) curang, dan aparat yang tidak netral. Perasaan sesal, gundah, dan marah tersebut pasti terus menghantui jiwa mereka. Lain lagi jika Anda nyalon itu didasari dengan nawaitu yang baik, hasil akhirnya pun bakal berbuah manis. Karena semua resiko yang bakal terjadi sudah diantisipasi, dipertimbangkan dengan matang. Maka daripada itu pengalaman masa lalu sangat dibutuhkan. Bagaimana jalan keluarnya jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, yang jelas sudah ada solusinya. Sehingga jika Anda sudah berusaha sekuat tenaga tapi hasilnya tetap jelek bisa menerima dengan lapang dada (legowo).
Intinya untuk meraih sukses diperlukan pengalaman, perencanaan yang matang, dan tim kerja yang solid. Apapun yang sudah kita kerjakan hari kemarin akan menjadi pengalaman hari ini, dan apapun yang Anda kerjakan hari ini akan menjadi guru yang paling berharga. Dengan pengalaman kita bisa berpikir positif, bertindak lebih dewasa. Dengan pengalaman hidup ini terasa lebih berarti. Karena memang, pengalaman itu adalah guru yang paling berharga. Bagaimana pendapat Anda?
Surabaya, 30 Agustus 2019
Cak Deky