JAKARTA – Jawa Timur termasuk wilayah dengan potensi gempa bumi sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan kondisi geologi wilayah yang teridentifikasi memiliki 7 sesar aktif dan 6 segmen sesar. Gempa bumi beberapa waktu lalu di daerah Jawa Timur memberikan pembelajaran, khususnya dalam penanganan bencana.
Konteks tersebut menjadi tema diskusi pembelajaran penanganan gempa bumi magnitudo (M)6,1 Provinsi Jawa Timur (Jatim) yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana (Pusdiklat PB) BNPB. Pada sesi diskusi yang dilakukan secara virtual, Selasa (4/5), Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur Gatot Soebroto mengatakan, terdapat 17 wilayah administrasi setingkat kabupaten dan kota di wilayah Jatim yang terdampak gempa.
“Sebanyak 17 kota dan kabupaten yang terdampak gempa M6,1 yaitu Kabupaten Malang, Lumajang, Bitar, Jember, Probolinggo, Pasuruan, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Pacitan, Kediri, Nganjuk, Ponorogo, Bondowoso, Kota Batu, Kediri dan Kota Malang,” ucap Gatot.
Gatot menambahkan bahwa wilayah Jatim memiliki potensi terjadi gempa bumi yang sangat tinggi karena terdapat 7 sesar aktif dan 6 segmen sesar.
“Adapun sesar yang dimaksud meliputi Sesar Naik Pati, Sesar Kendeng, Sesar Pasuruan, Sesar Probolinggo, Sesar Wongsorejo, Zona sesar RMKS (Rembang-Madura-Kangean-Sakala) dan Bawean Fault, sementara itu ada segmen Demak, segmen Purwodadi, segmen Cepu, segmen Blumbang, segmen Surabaya dan segmen Waru. Kemudian perlu diketahui, Gempa merupakan hal yang sudah pernah terjadi sejak dulu di Jatim, Madiun tahun 1862, Rembang, Pacitan dan terakhir di Kabupaten Malang baru-baru ini,” imbuhnya.
Kemudian ia menjelaskan, berdasarkan instruksi Gubernur Jawa Timur, BPBD bekerja sama dengan lembaga terkait langsung turun ke daerah terdampak pascagempa terjadi.
“BPBD Jatim bersama TNI, Polri, Basarnas, lembaga lainnya, masyarakat dan relawan melakukan penanganan darurat, evakuasi penduduk terdampak dan pemberian bantuan logistik. Selain itu juga dibantu oleh BPBD sekitar yang secara moril ikut membantu masyarakat terdampak meskipun bukan berada di wilayahnya, Sampai saat ini relawan dan tim gabungan masih terus melakukan penangann di beberapa daerah terdampak bencana baik itu bantuan materil dan bantuan pemulihan maupun trauma healing,” pungkas Gatot.
300 Huntara akan segera dibangun di Kabupaten Malang
Pada kesempatan yang sama Kasi Pencegahan BPBD Kabupaten Malang Sadono Iwan mengungkapkan, pemda kab. Malang akan membangun ratusan unit hunian sementara (Huntara) bagi warga yang rumahnya mengalami kerusakan.
“Akan dibangun 300 unit, sementara sudah dibangun 14 unit dengan luas lahan 4×6 meter dan akan dibangun juga rumah semi permanen dengan tahap awal 5 unit, selain itu ada bantuan huntara oleh lembaga serta relawan,” ungkap Sadono.
Sadono yang juga menjabat sebagai Plt. Kabid Kedaruratan dan Logistik menuturkan, Kabupaten Malang telah mengalami beberapa kali gempa, di antaranya tahun 2013, 2017 dan 2021.
“Tahun 2013 total 200 rumah terdampak, 2017 tidak ada kerusakan signifikan dan terakhir pada tahun 2021 ini, dimana 32 dari total 33 kecamatan di wilayah kabupaten Malang menjadi wilayah terdampak gempa dengan total rumah rusak sejumlah 11.360,” tuturnya.
Dalam penanganan paska gempa kali ini, diterjunkan 11 alat berat untuk mempermudah proses evakuasi, selain itu langsung mendirikan 3 dapur umum untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan didirikan posko di setiap kecamatan.
“BPBD bersama relawan dan stakeholder lainnya, mendirikan 3 dapur umum yang perharinya dapat memproduksi sekitar 5.000 bungkus. Selain itu juga menurunkan 9 unit alat berat dan 3 mobil tangka air bersih, kemudian kami membangun posko di tiap kecamatan untuk mempermudah kordinasi dan distribusi logistik,” tutup Sadono.