SURABAYA, beritalima.com – Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Calon Wakil Gubernur Puti Guntur Soekarno, Jumat kemarin, mendapat tanggapan dari Haryadi, pengamat senior Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga.
“Terlihat Presiden Jokowi memberikan perlakuan khusus kepada Mbak Puti,” kata Haryadi di Kota Surabaya, Sabtu (2/6/2018).
Sebagai cucu Bung Karno, Puti diundang Presiden Jokowi untuk menghadiri peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2018, di depan Gedung Pancasila Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta.
Puti mendampingi Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri. Hadir pula Menko PMK Puan Maharani, cucu Bung Karno yang lain. Juga hadir keluarga anggota BPUPKI dan PPKI yang lain. Seperti Meutia Hatta dan Halida Hatta, putri Proklamator Bung Hatta, mantan Wakil Presiden. Ada pula keluarga A.A. Maramis dan Abdurrahman Baswedan.
“Perhatian Bapak Presiden terlihat, ketika Mbak Puti berupaya menjauh, untuk memberi kesempatan tamu-tamu pejabat tinggi negara menyapa Presiden, maka selalu saja Presiden memanggil Mbak Puti,” kata Haryadi.
Biasanya, kata dia, Presiden Jokowi menunjukkan ekspresi datar, bahkan dingin, jika bertemu orang-orang yang tidak punya chemistry dengan dirinya.
Namun, pertemuan Jokowi dan Puti berlangsung lain. Ada keakraban, senyum dan tawa diantara keduanya. “Perhatian itu diberikan Presiden, di tengah-tengah tamu kehormatan. Ada ketua-ketua umum parpol, pejabat tinggi negara, tokoh masyarakat dan tamu-tamu negara asing,” kata Haryadi.
Ia menyadari, perhatian Jokowi itu dapat mengundang banyak tafsir. Terlebih, Puti bersama Gus Ipul tengah berupaya memenangkan Pilkada Jawa Timur 2018.
“Yang pasti, satu hal, saya membaca Presiden Jokowi terkesan nyaman, mendapat chemistry, dengan Mbak Puti, cucu Bung Karno,” kata Haryadi.
Ia berpendapat, sangat wajar keluarga Bung Karno, serta anggota lain BPUPKI dan PPKI, diundang Presiden Jokowi pada peringatan Hari Lahir Pancasila. Karena istilah Pancasila pertama kali digagas dan disampaikan Bung Karno, dalam Sidang BPUPKI 1 Juni 1945.
Peringatan kemarin, kata dia, memiliki makan yang dalam, karena Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekaligus falsafah bangsa. Meniadakan Pancasila sama dengan meniadakan negara Indonesia.
“Peringatan kemarin juga memiliki makna khusus. Karena, Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni ditetapkan Presiden Jokowi, dua tahun lalu,” kata Haryadi.