Pengamat: Konvensi Capres Ala Nasional Demokrat Punya Resiko

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Guna mendapatkan calon presiden berkwalitas dan berbobot untuk melanjutkan estafet roda pemerintahan sesuai jadwal ditinggal Joko Widodo (Jokowi) Oktober 2024, Partai Nasional Demokrat (Nasdem) berencana melaksanakan Konvensi Calon Presiden (Capres) tahun depan.

Namun, konvensi sebagai saringan guna memilih pemimpin tersebut, tidak melibatkan ketua umum partai politik. Padahal, setidaknya ada tiga ketua umum partai politik yang disebut-sebut bakal maju pada pilpres 2024. Dua dari tiga nama itu punya elektabilitas papan atas yakni Prabowo Subianto (Ketua Umum Gerindra) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang saat ini menjadi nakhoda Partai Demokrat.

Dua ketua umum lainnya yang juga disebut-sebut survei masuk dalam teropong lembaga survei adalah Airlangga Hartarto (Partai Golkar) serta Muhaimin Iskandar (Partai Kebangkitan Bangsa/PKB). Hanya saja, elektabilitas keduanya tidak sementereng Prabowo maupun AHY.

“Keinginan Nasdem melaksanakan konvensi tentu saja layak diapresiasi. Sebab, melalui konvensi proses pencalonan capres lebih demokratis dan diharapkan terpilih pemimpin yang benar-benar berkwalitas,” ungkap pengamat politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, Muhammad Jamiluddin Ritonga.

Bincang-bincang dengan Beritalima.com di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (17/6) siang, pria yang akrab disapa Jamil ini mengatakan,
anak bangsa perlu diberi ruang seluas-luasnya ikut berkompetisi untuk mendapat tiket capres.

Kompetisi terbuka ini memastikan calon yang terpilih benar-benar melalui seleksi ketat dengan melibatkan masyarakat, tidak seperti sebelumnya. “Dengan begitu masyarakat pemilih, mengetahui kapasitas dan integritas calon yang terpilih dalan konvensi. Hal itu membantu pemilih nantinya dalam menentukan pilihannya saat Pilpres,” kata Jamil.

Namun, masalah sekarang, calon yang terpilih belum tentu dapat diusung Nasdem. Sebab, partai yang dipimpin Surya Paloh tersebut dengan raihan suara pada Pileg 2019 hanya 9,05 tentunya tidak bisa sendiri mengusung capres.

Nasdem perlu berkoalisi dengan partai lain untuk memenuhi ambang batas yang sudah ditetapkan undang-undang yakni 20 persen kursi di DPR RI atau 25 persen suara secara nasional. Untuk berkoalisi, Nasdem juga bakal menghadapi kendala karena sudah menetapkan ketua umum partai politik tidak bolek ikut konvensi.

Padahal, lanjut bapak dua putra ini, beberapa ketua umum partai politik seperti Prabowo, Airlangga, Muhaimin dan Agus Harimurti Yodhoyono (AHY) juga disinyalir akan dicalonkan oleh partainya pada Pilpres 2024. Partai politik ini dengan sendirinya akan sulit berkoalisi dengan Nasdem.

Kalau hasil konvensi akhirnya tak dapat diusung pada Pilpres 2024, jelas penulis uku Perang Bush Memburu Osama yang sempat beberapa kali naik cetak itu, akan dapat menjadi bumerang pada Nasdem.

Para calon yang ikut konvensi dan masyarakat luas akan menilai Nasdem sebagai partai abal-abal yang penuh spekulasi. “Jadi, buat partai yang tak memenuhi ambang batas presiden, melaksanakan konvensi calon presiden tentu penuh resiko. Semoga Nasdem menyadari hal itu,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait