JAKARTA, Beritalima.com– Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai diamnya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kasus cuitan tujuh kontainer suara tercoblos oleh Wakil Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief sebagai strategi politik baru partai berlambang Bintang Mercy tersebut,
Hanya saja, kata Adi, strategi tersebut dengan hoaks. Karena, serangan politik kebohongan justru kontraproduktif dan paradoks dengan politik SBY dan bisa merugikan Partai Demokrat.
Strategi itu, kata Adi kepada Beritalima.com, Selasa (8/1), karena kesantunan politik SBY selama ini tidak cukup untuk mempertahankan eksistensi dan elektabilitas Demokrat. “Kecenderungan arah mata angin politik 2019 tak memihak Demokrat. Karenanya, perlu strategi lain yang lebih nendang ke publik.”
Selama ini, lanjut Adi, Demokrat cenderung bermain aman. Namun, kini menggunakan strategi ganda. “Pada satu sisi tetap berteguh di narasi ketokohan SBY yang santun dan cool, sedangkan pada sisi lain menyerang sebagai bagian peneguhan eksistensi Demokrat,” tambah laki-laki kelahiran Talang Jawa, Sumatera Selatan, 19 Juli 1982 itu.
Karena itu, lanjut dia, wajar jika SBY diam dengan kasus cuitan Andi Arief tersebut. “Dengan kasus Andi Arief itu, Partai Demokrat yang menjadi binaan SBY ini banyak dibicarakan publik. Dan, dengan begitu publik diharapkan bisa dikonsolidasi untuk memilih Demokrat di pemilu 2019,” ungkap Adi.
Yang pasti, lanjut pengamat ini, setiap partai selalu ada orang seperti Andi Arief, striker tunggal yang siap bertarung di barisan depan. ”Fungsinya banyak. Salah satunya menyerang lawan politik secara sporadis. Secara politik boleh saja, tapi paradoks jika amunisi diskursus yang dibangun dengan hoaks,” demikian Adi Prayitno. (akhir)