Pengamat: Pendidikan di Indonesia Sudah Learning Loss Sebelum Covid-19

  • Whatsapp

JAKARTA, Beritalima.com– Pengamat pendidikan, Indra Charismiadji mengatakan, kondisi pendidikan di Indonesia sudah terjadi learning loss atau kerugian jangka panjang terhadap pembelajaran anak-anak sebelum wabah pandemi virus Corona (Covid-19) melanda Indonesia.

“Jadi, learning loss tersebut terjadi di Indonesia bukan karena pandemi Covid-19,” ungkap Indra dalam diskusi Empat Pilar MPR RI bertajuk ‘Hardiknas dan Tantangan Merdeka Belajar di Tengah Pandemi’ yang digelar di Press Room Gedung Nusantara III Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (3/5).

Selain Indra, dalam diskusi yang digelar Koordinatoriat Wartawan Parlemen bekerjasama dengan Biro Humas dan Sistem Informasi Sekretariat Jenderal MPR RI itu juga tampil sebagai pembicara Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Nasdem, Lestari Moerdijat dan Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Syaiful Huda.

Bahkan, kata Indra, Bank Dunia menyatakan anak Indonesia itu buta huruf secara fungsi. Artinya, bisa baca tetapi tidak mengerti apa yang dibaca. Itu akibat kemampuan membaca dan matematikanya rendah. Padahal anggaran untuk pendidikan di Indonesia beberapa tahun belakangan ini tinggi.

Kalau kita baca tulisan-tulisan orang asing terhadap pendidikan Indonesia, lanjut Indra, ada yang judulnya anak Indonesia tak sadar betapa bodohnya mereka. Ada yang menulis 42 persen anak Indonesia tidak ada gunanya.
Bahkan Center for Indonesian Economic (Lembaga peneliti di Inggris) membuat kesimpulan, anak Indonesia siap menghadapi abad 21 pada abad 31. “Jadi, kita dianggap ketinggalan 10 abad, 1000 tahun. Ternyata pendidikan kita betapa jadulnya, betapa kita untuk urusan teknologi yang katanya sudah era digital kesulitan,” kata Indra.

Padahal 2021, kita mau bekerja apa saja, jadi tukang ojek, pijat, cleaning service membutuhkan gadget dan on line. Jadi, apa yang sedang disiapkan dunia pendidikan Indonesia, kita menghadapi tantangan masa depan. “Masa depan kan enggak mungkin enggak digital. Jadi justru yang harus didorong adalah bagaimana pendidikan kita basisnya digital, karena itu arah dunia sudah kesana.

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat yang tampil secara virtual mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) harus segera melakukan asesmen menyeluruh terhadap sejumlah program pendidikan nasional agar terjadi penyesuaian terhadap kondisi aktual masyarakat di masa pandemi Covid-19 ini.

“Program Merdeka Belajar harus kita gaungkan, namun harus dilakukan juga sejumlah penyesuaian dengan perkembangan kondisi pandemi yang kita hadapi saat ini,” kata dia.

Menurut Lestari, gagasan dan gerakan Merdeka Belajar yang dicanangkan Kemendikbudristek sebaiknya melakukan refocusing terhadap beberapa isu, antara lain, infrastruktur dan teknologi; kebijakan, prosedur dan pendanaan; kepemimpinan, masyarakat dan budaya; serta kurikulum, pedagogi dan asesmen.

Refocusing sejumlah isu itu, jelas Rerie, sapaan akrab wakil rakyat ini, dimaksudkan untuk melihat kebutuhan masing-masing ranah yang harus disesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya bisa ditangani.

Empat fokus program Merdeka Belajar, menurut anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, harus segera mendapat prioritas, terutama dalam mendorong proses belajar yang produktif dan berkesinambungan. (akhir)

 

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait