JAKARTA, Beritalima.com– Dari 10 Partai Politik (Parpol) yang meraih kursi di DPR RI, PDI Perjuangan yang sampai sekarang belum tampak melakukan regenerasi. Bahkan Megawiti Soekarnoputri sudah lebih dari 20 tahun menjadi Ketua Umum parpol berlambang Banteng Moncong Putih tersebut.
Mega hanya menjanjikan regenerasi total 2024. Bagaimana realisasinya, kita tunggu 2024, kita tunggu apakah sama dengan apa yang digembar-gemborkan selama ini bahwa PDI Perjuangan adalah partai ‘Wong Cilik’.
Hal tersebut diamini pengamat politik Universitas Esa Unggul Jakarta, Muhammad Jamiluddin Ritonga.
Yang pasti, Presiden setengah periode tersebut, masih melanggengkan PDI Perjuangan sebagai partai trahnya Soekarno. Kalaupun nanti Mega tidak lagi menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan, posisi itu tetap bakal disandang keluarganya Soekarno.
Salah satu yang disebut bakal melanjutkan trah Soekarno adalah Puan Maharani. Tampaknya, tidak ada tempat buat kader PDI Perjuangan bakal mendapat kesempatan menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan.
Bincang-bincang dengan Beritalima.com di Jakarta, Minggu (21/3) siang, yangpengamat yang akrab disapa Jamil tersebut mengatakan, sampai saat ini PDI Perjuangan masih indentik dengan partai keluarga atau trah Soekarno. “Saya belum melihat ada tanda-tanda Mega bakal menyerahkan tapuk pimpinan PDI Perjuangan ke generasi Soekarno berikutnya. Apalagi kader di luar trahnya Soekarno,” kata Jamil.
Kalau pun terjadi regenerasi, pengganti Mega diperkirakan tetap dari trah Soekarno. Tentu perkiraan ini akan terjadi bila Mega masih memimpin PDIP hingga 2024. “Kader yang bukan trah Soekarno, sehebat apapun mereka, peluangnya hanya akan jadi sekjen, ketua departemen, dan posisi lainnya di DPP PDI Perjuangan,” kata Jamil.
Mereka ini, jelas Jamil, sepertinya tahu diri dan tidak bakal lancang untuk menyampaikan keinginannya menjadi calon ketua umum PDIP. Setidaknya ada empat trah Soekarno yang saat ini yang berkiprah di politik berpelung menggantikan Mega. Mereka adalah Prananda Prabowo, Puan Maharani, Guru Soekarnoputra dan Puti Guntur Soekarno. Dari empat nama ini, hanya Prananda dan Puan yang peluangnya lebih besar menggantikan Mega.
“Bila dikerucutkan lagi, Mega tampaknya akan mendaulat Prananda sebagai penerusnya. Kongres mendatang hanya alat legitimasi mengantarkan Prananda jadi Ketua Umum PDI Perjuangan,” papar penulis buku ‘Perang Bush Memburu Osama’ yang sempat beberapa dicetaj ulang.
Sosok Prananda, selain memiliki kecerdasan, juga skill manajerialnya jauh lebih mumpuni daripada Puan. Di internal PDI Perjuangan, termasuk kader di daerah, tampaknya lebih menerima Prananda daripada Puan. “Jadi, modal sosial Prananda jauh lebih baik daripada Puan. Hal itu terjadi karena Prananda berhasil melakukan konsolidasi di internal PDI Perjuangan,” kata Jamil.
Perkiraan itu tentu akan berubah total bila Mega memimpin PDI Perjuangan tidak sampai 2024. Penggantinya akan lebih sulit diprediksi mengingat banyaknya faksi di PDI Perjuangan yang kekuatannya berimbang.
Nama Jokowi, Budi Gunawan, Pramono Anung, Tjahjo Kumolo, Ahmad Basarah dan Hasto Kristiyanto tampak berpeluang untuk menggantikan Mega. Namun dari semua nama ini, peluang Joko Widodo tampaknya lebih besar menjadi ketua umum PDI Perjuangan mendatang.
Namun peluang Jokowi menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan dapat dihambat bila faksi Prananda, faksi Puan, faksi Budi Gunawan, dan faksi Ahmad Basarah bersatu.
Faksi-faksi ini cukup kuat dan dapat mengantarkan Prananda menjadi ketua umum PDI Perjuangan. Kalau itu yang terjadi, regenerasi di PDIP tetap melanggengkan trah Soekarno. “Semua ini akan mengentalkan predikat PDI Perjuangan sebagai partai keluarga.,” demikian Muhammad Jamiluddin Ritonga. (akhir)