Pengurus KAMI Aceh Bukan Utusan BEM

  • Whatsapp

ACEH,beritalima.com-Koordinator Wilayah Koalisi Aktivis Mahasiswa Indonesia(KAMI) Wilayah Aceh, Muhammad Hasbar Kuba melalui Kadiv Humasnya T. Wariza Aris Munandar dalam keterangannya kepada media, Kamis(10/09/2020) mengatakan, rekan-rekan Aliansi BEM Se-Aceh gagal paham terkait munculnya Koalisi Aktivis Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang beberapa hari lalu telah dideklarasi di Wilayah Aceh.

“Koalisi Aktivis Mahasiswa Indonesia (KAMI) wilayah Aceh adalah sekumpulan aktivis mahasiswa yang secara perseorangan bergabung dalam KAMI, jadi seluruh pengurus KAMI Aceh bukan utusan BEM, dan kita tidak meminta mereka mengirim utusan dalam Deklarasi yang kita laksanakan di Simpang Lima Banda Aceh pada Jumat 4 September lalu” Ucapnya.

“Penolakan dan menarik diri dari Deklarasi KAMI yang dilakukan oleh Aliansi BEM Se Aceh tidak mendasar karena undangan untuk mereka memang tidak ada”,Tambahnya.

Masih kata wariza, seluruh aktivis yang hadir dalam Deklarasi kemarin terpanggil karena ingin Indonesia tidak terpecah belah dan Bersatu dalam merah putih.

“Jadi kita hanya mengajak untuk siapa saja mahasiswa yang mau berpartisipasi dan juga memiliki satu ide dan gagasan dengan kita dalam frame dan sudut pandang yang sama melihat kondisi dan situasi kebangsaan saat ini. Kalaupun diluar KAMI yang kita gagas memiliki frame sudut pandang yang berbeda itu adalah hak kebebasan bagi mereka, Namanya kita hidup dalam sistem demokrasi dengan mengedepankan kebebasan berpendapat ya sah-sah saja. Cuma kita sedikit ingin mengoreksi terkait tudingan yang tak mendasar dari teman-teman BEM Se-Aceh sehingga memunculkan sentimen yang kurang tepat atas tudingan tersebut kalau seolah-olah KAMI telah mencatut-catut nama”, Terangnya.

Tak hanya itu, ia juga menegaskan terkait perihal ada cara pandang yang berbeda dari pihak diluar KAMI, itu adalah hal lumrah dan sah-sah saja disamping kita juga tak mempermasalahkan.

KAMi memberikan kebebasan bagi siapa saja mereka yang memiliki spekulasi beragam atas dasar dengan mengedepankan nilai-nilai dialetika intelektual sebagai seorang mahasiswa bukan justru dengan mengedepankan cara-cara yang tendensius dan jauh dari nilai-nilai etika dalam berdinamika, kalaupun ada perihal yang kurang sepakat ya semestinya diselesaikan dengan cara-cara lebih terhormat bukan hanya sebatas buli membuli dimedia sosial”,(**)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait