SURABAYA, beritalima.com | Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Surabaya mulai diberlakukan Selasa (28/4/2020). Namun, sampai Senin (27/4/2020) ini Pemerintah Kota Surabaya belum juga mensosialisasikan sampai ke masyarakat tingkat bawah.
Hal itu diantaranya dikemukakan Ayu intan Mustika Ratna, Ketua RT 12 RW 01 Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Surabaya. Ia mengatakan, belum pernah dihubungi atau diajak bicara oleh pihak RW maupun Kelurahan Airlangga terkait sosialisasi penerapan PSBB.
“Hanya pernah rapat di tingkat RW untuk melakukan penutupan pintu portal dan memberlakukan 1 akses pintu di tiap wilayah kampung atau karantina wilayah,” ujar Ayu sembari menambahkan bahwa termasuk untuk PSBB pun dirinya tahu dari informasi media.
Penetapan PSBB ini memang sangat berdampak sekali buat kita semua, terutama warga yang baru dirumahkan (PHK) tanpa pesangon ataupun pedagang yang omzetnya menurun drastis.
“Tetapi dengan kondisi seperti ini, kami sebagai pengurus RT tetap berupaya agar semangat gotong royong membantu sesama tetap terbina khususnya di wilayah Dharmawangsa RT 12 Surabaya,” lanjut Ayu, Senin (27/4/2020).
“Saya bersama pengurus RT sudah berusaha melakukan upaya standart, yaitu sosialisasi kepada warga melalui group WA dan spanduk untuk bersiap menghadapi pandemik Covid-19 dan menghadapi PSBB,” ujarnya.
Ditanya terkait bantuan sembako, Ayu yang saat itu ditemani beberapa pengurus RT mengatakan bahwa warga sudah banyak yang mempertanyakan hal tersebut, dan ia jawab belum ada bantuan sama sekali, baik dari Pemkot maupun Pemprov.
Bahkan hal tersebut juga pernah ditanyakan langsung ke pengurus RW, karena informasinya di tempat lain sudah banyak yang menerima bantuan. Namun, pihak RW pun mengaku tidak tahu dan belum mendapat informasi dari kelurahan Airlangga.
Maka dari itu, untuk PSBB Ayu berharap agar Pemkot segera mensosialisasikan apa yang perlu dipersiapkan di tingkat RT dan RW.
Selain itu, mengenai bantuan sembako diharap segera disalurkan, supaya PSBB berjalan dengan baik dan masyarakat tidak kelaparan.
Ayu mencontohkan, untuk pengadaan alat semprot disinfektan saja hasil dari pengurus RT dan warga, meski obatnya dari pihak kelurahan, dan itupun sangat terbatas serta tanpa Alat Pelindung Diri (APD).
Terkait PSBB, Ayu bukannya tidak setuju dengan pernyataan Walikota Surabaya yang mengatakan akan memberikan bantuan kepada warga luar kota yang bermukim di wilayah Surabaya. Namun, menurut Ayu, alangkah baiknya semua warga Surabaya juga mendapatkannya.
”Dampak ekonomi dari Pandemi ini sungguh luar biasa, dan semua orang di Surabaya terkena dampaknya. Tidak peduli yang MBR ataupun tidak. Jadi kalau memang ada bantuan sembako ya semua orang harus dapat, bukan hanya MBR dan warga dari luar yang tinggal di Surabaya,” ungkapnya.
Diapun berharap Pemkot Surabaya dapat lebih cepat dan bijak mengatur penanganan dampak Covid-19 ini, baik terkait PSBB maupun bantuan yang akan diberikan kepada warga.
“Kami bersama pengurus RT 12 swadaya mandiri mengumpulkan sembako ataupun melakukan semprotan desinfektan di kampung kami,” kata Ayu.
“Untuk penyemprotan kami swadaya dan rutin sudah mengadakan kegiatan ini. Untuk membantu warga yang terdampak kami juga berusaha untuk bergotong royong,” terang Ayu.
Ditambahkan, untuk membantu masyarakat terdampak, selain dari gotong royong, juga ada bantuan dari komunitas yang ada di Surabaya.
“Kami juga punya program tiap bulan, namanya “Berkah Ikhlas”, yaitu swadaya warga berupa pengumpulan dana atau bahan makanan yang akan diberikan di Kampung Dharmawangsa 9. Ini khusus untuk anak yatim dan kaum dhuafa dari pengurus RT 12, dan Alhamdulillah sudah berjalan mulai Maret,” tutur Ayu.
“Kami berharap PSBB ini bisa diberitahukan kepada kami. Kami juga berharap ada kompensasi dari Pemkot terkait pelaksanaan PSBB ini, minimal bisa mengurangi beban warga yang semakin berat,” tandas Ayu yang juga berharap adanya koordinasi dengan pihaknya untuk menentukan data masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). (Ganefo)